Kalau ada tes keberanian, saya tidak tahu
bakal dapat poin berapa. Mungkin banyak orang yang poinnya lebih tinggi dari
saya. Tapi pengalaman yang ini saya kategorikan sebagai salah satu pengalaman
yang paling berani dalam hidup saya. Akan
saya ingat seumur hidup, dan menjadi kenangan yang berharga. Hahaha! Agak
berlebihan ya?! Biarin ah! Suka-suka saya kan ya!
:D
Pengalaman paling berani yang pernah saya
lakukan, tentunya yang saya ingat adalah SATU: (tulisan tentang ini tidak akan
muncul karena tidak layak tayang) dan DUA: mudik tengah malam! Nah, pengalaman
ke-DUA inilah yang mau saya ceritakan.
Bagi saya, kadang-kadang berani itu karena
dipaksa. Dulu sewaktu masih SMA, saya berani jalan sendiri pada jam lewat
tengah malam, muter-muter kampung dan blusukan
ke kuburan. Itu karena terpaksa demi mendapatkan badge dan syal kebanggaan
organisasi, sewaktu kemah pengambilan badge dan syal sekaligus pengukuhan
sebagai senior. Yaa, agaknya saya juga tidak terlalu berani sih waktu itu! Karena
saya sambil ngitung-itung berapa kecepatan langkah kaki saya agar bisa pura-pura ketemu teman, yang berangkatnya
berjarak sekian menit setelah pemberangkatan saya. Jadi jalannya sengaja
diperlambat gitu biar seolah-olah tidak
sengaja berpapasan dengan peserta lain.
:p
Tentang mudik tengah malam ini, awalnya hanya
ide iseng yang kayaknya nggak mungkin banget
kalau saya lakoni. Nggak kebayang aja berdua sama adik saya melewati hutan
sepanjang jalan tanpa ada barengan. Dan 99.9%
kemungkinan tidak akan dikasih izin sama emak saya. Tapi begitu di malam Ied
terdengar takbir bersahut-sahutan, rasanya ada yang mengusik di dalam hati.
PULANG YOK, PULAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANG!
Daan … yap! Yang diperlukan adalah KEBULATAN
TEKAD! Dan NIAT YANG BAIK. ^^
Ketika jam menunjuk angka sembilan saya kirim
pesan ke ibu, tanya shalat Ied di rumah dimulai jam berapa. Waktu ibu
tanya-tanya, saya tidak membalas pesan itu karena saya takut keceplosan.
Akhirnya setelah persiapan singkat, mendekati pukul 23.00 wib, berdua
dengan adik saya menggeber si Bebe. Bahagia rasanya. Tapi … baru inget
ternyata, amplop lucu-lucu dan lembar-lembar rupiah baru yang mau disisihkan
buat ponakan, ketinggalan ….
T_T
Lemes deh!
Tapi sudahlah. Hati saya kadung dag dig dug. Teringat
kata teman-teman tentang horornya daerah hutan yang akan saya lewati. Ditambah lagi
rasa dingin yang makin menggigit. Padahal sudah pakai baju sampai triple. Juga perut
yang kerincingan (satu level di atas keroncongan alias laper bingits). Rasanya butuh
yang hangat-hangat.
Ternyata tidak sepi. Di daerah yang katanya
serem itu, antrian kendaraan mengular. Syukurlah dapat teman. Karena malam
lebaran kali ya. Jadi pemudik dari jauh juga pada belum nyampe rumah. Sempat juga
sih ketemu pemudik yang plat motornya AE. Tapi mas-masnya jalan kayak kilat,
dikejar malah lari. Ya iyalah, orang kita juga nggak kenal. Haha!
Di daerah Batu, dekat terminal, jam nol-nol
sekian-sekian, warung-warung di pinggir jalan malah rame. Dapurnya masih
mengepul dan menyediakan menu-menu hangat yang sangat pas disantap saat
kedinginan. Ketika kami berhenti sejenak untuk gantian mengemudi, aroma gurih
itu mengirimkan sinyal yang membuat perut semakin kemrincing. Tapi saya sok
keren jawab ogah waktu adik saya ngajak mampir. Adik saya manyun.
Perjalanan pun lanjut sampai di kota kami
tercinta, kota 1001 Goa. Yuhuiiii! Begitu sampai di gerbang kota rasanya pengen
teriak kencang-kencang karena sudah sampai di situ dengan selamat setelah
menempuh ratusan kilo.
Ane uda baca cerita antum sewaktu pulkam pada mlm hari lewat jalur Selatan.
BalasHapuswakt liat fotonya,
BIKIN MERINDIIIING!!!
Terimakasih, Mas. :)
BalasHapusIya Mas kalau malam serem. Tapi kalau siang hari kelihatan indah.
Salam kenal.