26 November 2014

Menanam



Pak Tani yang menginspirasi ^^

"Duren kita kembang*, Mbak!" Kata adik saya sehabis pulang kampung beberapa hari yang lalu.
*berbunga

"Oya?" kata saya. Bukan berita penting sih! Tapi senang juga mendengarnya. Secara sudah bertahun-tahun yang lalu Bapak menanamnya dan baru sekali ini mulai kelihatan ada hasilnya. Jadi kan penasaran sekali, bagaimana memanen durian dari kebun sendiri. Apakah bunga-nya itu nanti akan jadi buah semua, atau malah rontok kena hujan, apakah buahnya nanti berkualitas, apakah apakah dan apakah.

Saya jadi ingat sama pohon rambutan yang saya tanam sendiri. Akankah pada waktunya nanti pohon itu akan berbuah sempurna? Haha, dirawat saja tidak. Saya malah sering lupa menengoknya kalau sedang pulang ke rumah. Hihi! Paling kalau sempat ibu akan bilang, "itu pohon rambutanmu", yang akan saya jawab dengan "ooh" saja.

Jadi teringat kata-kata orang tua yang bijak ini, "Sopo sing nandur bakal ngunduh". Siapa yang menanam, dia yang akan panen. Apakah itu berarti tidak dirawatpun apa yang kita tanam akan berbuah? Ya, berarti itu kabar baik untuk pohon rambutan saya. Hihihi!

Masa sih semudah ini?! Tetap dirawatlah ya, Sodara! Tapi memang bukan saya yang melakukannya.

Yeah Optimizer, orang menanam itu pasti berharap suatu saat bisa panen. Dengan memilih benih yang paling baik, tentunya karena ingin hasil yang terbaik. Meski dengan itu ada sedikit pengorbanan untuk memastikan tanamannya tidak diganggu hama atau terkena gangguan yang lain. Meski dengan itu juga si penanam harus menunggu sebelum akhirnya menikmati kerja kerasnya.

Selamat pagi, Optimizer! Selamat menjalani hari dengan penuh semangat! Semoga kita selalu menebar benih-benih kebaikan, sehingga pada saatnya nanti kita panen kebaikan juga. :)




23 November 2014

17 November 2014

Kena Getahnya


Pada suatu musim, menjelang pergantian hari, sebuah panggilan mampir di telepon genggam saya. Tidak begitu mengagetkan meskipun sudah terbayang eksekusinya tidak akan mudah.

"Bapak ingin kita berkumpul pada jam yang telah ditentukan."

Tidak mudah bagi saya untuk memenuhi "jam yang ditentukan" karena itu berarti harus beranjak pagi-pagi bahkan sebelum ayam berkokok. Hihi, agak sedikit berlebihan.

Kenapa harus di awal hari? Saya ingin memberondong makhluk tak berperasaan yang menghubungi saya di seberang sana. Tetapi urung karena saya tahu dia sekedar menjalankan tugas.
Baiklah, saya harus memenuhi panggilan itu esok hari kalau ingin mendapat jawaban.

@@@


Hari sudah berganti nama. Tidak peduli kabut masih merayap di atas tanah. Embun baru akan menguap dalam beberapa jam lagi. Saya sudah harus membelah jalan untuk memenuhi pertemuan pada jam yang telah ditentukan. Dan saya tidak terlambat. Justru harus menunggu personil yang lain hingga lengkap.

"Tahu alasannya kenapa pagi-pagi sekali diminta kesini?"

Saya menggeleng. Itulah yang ingin saya tanyakan. Hari sebelumnya saya mendapat jatah libur dan tidak tahu persis apa yang terjadi di tempat kerja dan partner-partner saya.

"Kau akan segera tahu. Tapi sebelumnya hubungi nomor ini dan tanyakan di mana dia sekarang!"

Itu nomor kontak Vivi dan setelah berkali-kali memanggilnya tetapi tidak tersambung, saya bisa meraba-raba apa yang telah terjadi.

@@@


Kami bertiga keluar ruangan dengan ekspresi yang sulit digambarkan. Ingin sekali memberondong Vivi dengan seribu kalimat agar tidak mengulangi kesalahan yang jelas-jelas disengaja, yang membuat kami bertiga -kecuali Vivi, harus menanggung resikonya. Dia aman untuk sementara karena memilih tidak datang pada pertemuan ini.

Setelah menikmati liburan yang menyenangkan, lalu pagi sekali saya harus datang ke tempat ini untuk menjalani "pengadilan" atas kesalahan yang sebenarnya tidak saya lakukan, dan menemukan makhluk tidak kooperatif dalam tim saya. Aaaa ... pahit sekali.

Optimizer, have a nice day!
:)