8 Agustus 2012

Warna-Warni Ramadhan 2


Long bumbung, Petasan dan kembang api
Maraknya kembang api di bulan Ramadhan tak hanya ada di kota-kota. Tapi juga di kampungku yang berada nun jauh di bagian timur Kabupaten Pacitan sana. Kalau jaman dulu petasan lebih ngeksis di bulan ramadhan, sedangkan kembang api lebih seru kalau dinyalakan pada malam Raya. Tapi seiring berjalannya waktu, petasan sudah jarang-jarang dinyalakan oleh anak-anak. Sekali duar-duer, orang se-musholla bakalan heboh dan jerit-jerit memprotes mereka yang iseng ‘mengganggu’ jamaah shalat tarawih.
Long tidak jauh berbeda dengan petasan. Katanya, long juga berarti petasan. Long bumbung adalah petasan yang terbuat dari batang bambu. Bambu dipotong, diberi lubang pada salah satu sisi ujungnya. Cara membunyikannya adalah menyulut minyak tanah yang sudah dimasukkan pada lubang tadi dengan api, kemudian ditiup. Bummm‼! Bunyinya dahsyat, menjangkau jarak berkilo-kilo meter.
Tapi sekarang long bumbung sudah nggak ngeksis lagi. Minyak tanah mahal, pren! Daripada buat beli minyak tanah buat bunyiin long, mending ditabung nggo sangu bodo. Hehe!

Asmara subuh
Gaya abg labil jaman dulu. Jalan-jalan pagi habis subuhan di musholla, sambil larak-lirik cewek/cowok ‘yang dianggep’ kece sekolong langit. Aduuh‼ Astaghfirullah! Puasa-puasa bukannya memperbanyak baca Qur’an atau minimal pagi-pagi menyapu halaman atau mencuci piring bekas sahur semalam, tapi malah jalan-jalan. Mending kalau bener-bener olahraga yang menyehatkan badan dan membuat puasa jadi tambah produktif. Kalau yang ini, biasanya habis jalan-jalan udah capek duluan. Jadi bukannya malah produktif, tapi habis jalan-jalan langsung tepar di atas kasur.

Baju Baru
Baju baru.. Alhamdulillah
tuk dipakai.. di hari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Ku tak marah kepada papa 

Iya, Alhamdulillah kalau pas ada rejeki bisa buat beli baju untuk lebaran. Memang sunah kan pakai baju terbaik saat pergi shalat Idul Fitri. Nah, kesempatan buat nyoba baju baru pertama kali. Namanya juga momen setahun sekali, pasti senangnya bukan main.  

Soto
Sampai sekarang aku tak tahu, di mana letak keistimewaan makanan yang satu ini sehingga menjadi hidangan favorit saat momen silaturahim di hari raya Idul Fitri. Padahal racikannya sederhana saja. Irisan kubis, irisan tahu, mie putih/sohun, suwiran ayam, klici/kacang goreng, irisan daun seledri, disiram kuah, ditetesi kecap, ditambahi sambal, kalau selera tambahi nasi. Nah, apa coba yang istimewa? Mungkin karena suwiran ayamnya ayam jawa kali ya?! Atau karena makanan sederhana ini nggak bisa ditemui di kota-kota besar sana? Ah, nggak mungkin lah ya. Penjual soto ayam banyak tuh di pinggir jalan. Entahlah! Tapi yang jelas memang beda kok rasanya sama yang dijual di pinggir-pinggir jalan itu. (RASAh MBAYAR. Hehehe).
Tapi dari kesederhanaannya itu mampu memendekkan jarak ibukota dan kampungku hingga pak dhe, pak lik, om, tante, kakak ipar, sepupu, ponakan dan keluarganya, rela jauh-jauh menantang macet demi semangkok soto di rumah simbah. Ah, tentu saja bukan soto satu-satunya alasan. J

Sebenarnya sih masih banyak warna spesial dari kampungku sana. Seperti tradisi megengan, bikin kue apem, takiran, safari ramadhan, takbir keliling, dan lain-lainnya. Mungkin lain waktu saya tulis lagi.