25 Oktober 2014

Jalan Saja Terus


Sejak rumah beliau habis masa kontraknya, kini beliau pindah ke rumah yang berada agak di pinggiran kota. Sebenarnya tidak se-ndeso kampung halaman asal saya. Tetapi jalan menuju rumah baru beliau itu banyak dilewati oleh truk-truk besar atau mungkin karena daerah itu kurang perhatian dari pihak berwenang setempat, jadilah jalan itu berlubang dimana-mana.

Susahnya kalau malam hari. Sepanjang jalan itu tidak memiliki penerangan alias lampu jalan. Apalagi kalau musim hujan, lubang-lubang yang ada di badan jalan itu terisi air dan ya kalau tidak berhati-hati, bisa menyebabkan kecelakaan yang fatal.

Saya pernah terburu-buru mendatangi rumah beliau untuk suatu keperluan. Saya melebihi batas waktu yang dijanjikan. Betapa inginnya saya segera sampai di sana. Tapi ternyata kondisi jalan yang rusak itu tidak memungkinkan. Ditambah kendaraan padat yang memenuhi jalan, jadilah saya hanya pasrah memacu kendaraan tanpa semangat.

Akhirnya saya sampai juga di rumah beliau. Dijamu layaknya tamu, banyak makanan dan disediakan minuman. Saya pun bisa berjumpa dengan beliau, bercerita banyak hal. Ternyata saya baru tahu kalau tempat beliau beraktivitas setiap harinya melewati jalan itu pula.

"Tidak perlu ngebut kalau lewat jalan itu. Yang penting jalan terus saja. Nanti lama-lama juga sampai tujuan."

"Tapi kan bosan." Elak saya.

"Tapi kan tidak ada alternatif lain."

Iya, kalau saja ada jalan alternatif lain yang lebih baik, mungkin tidak perlu lagi lewat jalan itu. Tapi kan nyatanya tidak ada pilihan lain.

__________


Beberapa waktu berselang.




Hari ini jalan itu sudah lebih baik. Tapi kalau saya lewat jalan itu lagi (yang sudah lebih baik), saya pikir juga tidak perlu ngebut untuk cepat sampai tujuan. Jalan saja terus, pasti nanti sampai di tempat tujuan. Yang penting tetap hati-hati.

Kata-kata beliau itu masih terngiang di hati sampai sekarang, dan akan selalu saya ingat. Menuju rumah beliau seperti saya menjalani hidup ini. Jalan saja terus, maka pada saatnya pasti akan sampai pada tujuan. Terutama saat saya sedang bosan, penat dan tidak ingin melakukan apa-apa. Dengan merangkakpun tetap jalan saja terus, yang penting bergerak dari titik di mana sekarang berada. Dengan berjalan berarti bergerak. Dengan bergerak maka akan semakin mendekati tujuan.


Optimizer, selamat tahun baru 1436 H! Semoga Allah memanjangkan umur kita dalam kemanfaatan.



24 Oktober 2014

adzan antara ada dan tiada




Bersahut-sahutan suara adzan membuat ingin segera mengakhiri setiap aktivitas, menuju tempat wudhu lalu khusyuk dalam rakaat-rakaat sebelum diakhiri salam.

Di sini, itu hal biasa. Ada tiga masjid di dekat-dekat tempat saya yang selalu bersahut-sahutan jika waktu shalat tiba. Satu belum selesai, sudah disahut lagi dengan suara adzan yang satunya. Semarak.

Tapi,

Ibu: " Kemarin lingkungan kita dibuat geger sama si Fulan."


Saya: "Memang si Fulan berulah apa, Bu?"


Ibu: "Dia membuat geger karena jam empat pagi-pagi sudah adzan subuh."


Saya: "Lho, memang sekarang waktu subuhnya lebih maju kan?"


Ibu: "Tapi kan masih enak-enaknya orang tidur. Bapak-bapak guru pendatang yang tinggal di perumahan sekolah itu saja kalau adzan subuh nggak jam empat benar."


Saya: "Iya mereka pendatang, mana berani mereka membuat gaduh di kampung orang."


....


Jadi, jangan heran kalau di kampung saya adzan hanya terdengar pada saat maghrib saja. Kadang-kadang waktu isya' ada, kalau muadzinnya juga sedang tidak meriang. Lebihnya, kira-kira sendirilah selagi melihat jam dan posisi matahari. Jika sudah masuk waktu shalat, ya shalat segera. Kalau tidak, ya subuhnya menjelang dhuha, dhuhurnya menjelang asar, asarnya menjelang maghrib, dan seterusnya. Apalagi musim-musim tertentu airnya sedingin es.

Tapi seru Optimizer. Saya malah pengen tinggal di negeri-negeri yang seperti di desa saya itu. Hihihi. Kapan ya kira-kira?


Cantik, anugerah atau musibah?


Cantik itu anugerah. Tapi bagai pisau bermata dua, satu menghadap keluar, dan satu ujungnya siap menghunjam ke dalam. Itu berarti cantik juga bisa sebagai musibah.

Tapi siapa yang tidak ingin dianggap cantik?
Bahkan kebanyakan perempuan berlomba-lomba untuk tampil cantik. Ya tidak salah bukan? Itu sebagai salah satu cara untuk menjaga anugerah berupa kecantikan itu sendiri. Hem, menjaga bukan untuk yang lain.

Bagi yang cantik dan menyadari dirinya cantik tentu harus berhati-hati. Tentu saja yang merasa tidak cantik tapi sebenarnya cantik juga tidak kalah berhati-hati. Hei! Layaknya bunga, tahu kan masing-masing punya pesona sendiri-sendiri?! Saya katakan bunga di bawah ini cantik, tetapi bukankah ada ribuan bunga lain yang tidak kalah cantik? Hem, yang belum merasa cantik sadarlah kalau kamu cantik. Hihi!






Optimizer, kita harus sepakat ya kalau cantik itu tidak hanya dinilai secara fisik. Jadi kita harus sepakat juga kalau untuk mempercantik diri tidak hanya penampilan luar saja yang perlu kita perbaiki. 

Biar tidak jadi musibah, ya tetaplah cantik. Bukankah seperti ini sudah given?! Kehendak Allah gitu. Tapi tetap menjadi diri sendiri. Tetap menjaga adab sebagaimana peran yang kita miliki. Sebagai seorang makhluk/hamba, sebagai seorang anak, sebagai seorang manusia, sebagai seorang murid/guru, dan seterusnya, dan tentu saja sebagai seorang perempuan itu sendiri. 

Panduannya kan sudah ada, baik tertulis dalam kitab suci maupun tidak tertulis dalam norma keseharian kita di masyarakat. Eh, berasa sok tahu jadinya saya. Piss, Optimizer! Ini sekaligus untuk pengingatan saya pribadi. 

Dia 1: "WHY?"
Dia 2: "Ya, karena kepribadian kamu semakin membuatmu cantik."

Semoga kecantikan yang dianugerahkan pada kita tidak menjadi musibah.

Optimizer, keep smile! :)
Jum'at semangat!




18 Oktober 2014

Yang Khas Di Antara Dua Musim “penghujan”


Udara lembab, tanah becek, cucian tidak cepat kering, matahari jarang muncul, di wilayah tertentu dilanda banjir. Itu semua kurang lebih yang khas jika musim penghujan sudah datang ya Optimizer. Adakah yang tidak kamu sukai? Hehe!


kabut mulai turun


Ya untuk beberapa hal tertentu musim penghujan memang sedikit merepotkan kalau tidak pandai-pandai menyesuaikan diri.

Tapi kita tetep butuh air hujan ya Optimizer. Kalau bukan kita ya makhluk hidup lain yang ada di sekitar kita. Kalau tidak ada hujan, keseimbangan alam kita malah dipertanyakan.


Hujan rintik-rintik


Dibalik hal-hal yang tidak mengenakkan ketika musim hujan, ada hal-hal yang khas yang menjadi kenangan saya. Mencari jamur, menangkap laron, berangkat sekolah memakai sandal jepit, sering mati lampu, dan seterusnya.


  • Bagai cendawan tumbuh di musim hujan. Bukan cuma peribahasa saja, tapi cendawan memang tumbuh subur saat musim hujan. Mencari jamur yang tumbuh di kebun belakang rumah lalu dibawa pulang untuk dimasak.
  • Jika hujan terus menerus sepanjang malam, biasanya pagi hari laron akan keluar dari liangnya. Mereka beterbangan kemana saja sebelum rontok sayapnya lalu kembali lagi ke tanah untuk memulai lagi hidup berikutnya. Meskipun saya alergi dengan hewan yang satu ini, tapi tidak kapok-kapok juga ikut menangkapnya. 
  • Di musim hujan, lebih baik berangkat sekolah memakai sandal. Sepatunya dikantongi plastik dulu, nanti baru dipakai kalau sudah sampai di sekolah. Jadi sepatu dan kaos kaki tidak mudah kotor. Recommended untuk pejalan kaki. Hehe!
  • Sedihnya, kalau musim hujan di tempat saya itu sering mati lampu. Ya, beginilah susahnya tinggal di pegunungan.


Optimizer suka hujan? Konon hujan bisa meresonansikan masa lalu lho!

Selamat berakhir pekan! J




17 Oktober 2014

Yang Khas Di Antara Dua Musim “kemarau”


Saya kangen melihat pemandangan ijo royo-royo seperti pada gambar ini.



Pohon singkong, jahe, dan kacang panjang

Gambar ini saya ambil dari kebun di samping rumah kami, beberapa bulan yang lalu sebelum memasuki musim kemarau. Saat ini pemandangan seperti itu sudah tidak ada. Yang ada justru sebaliknya.

Sewaktu saya pulang ke kampung halaman bersamaan dengan hari Raya Idul Adha kemarin, tanaman di sekitar banyak yang layu, kecoklatan. Tanaman tidak segar seperti pada saat musim penghujan karena tidak cukup mengonsumsi air.

Jangankan air untuk menyiram tanaman, air untuk kebutuhan sehari-hari saja mencarinya membutuhkan perjuangan. Istilah dalam bahasa Jawa, nggoleke rekoso banget. Mencari air hingga ke sungai atau mencari sumber air yang masih mengeluarkan air hingga jauh ke daerah pedalaman. Bagi yang memiliki fasilitas,  bisa tertolong dengan memasang pipa air atau selang. Kalau tidak ya ngangsu, atau mengangkut air bolak-balik untuk disimpan di rumah.

Kalau ada sumber air, itupun harus berbagi dengan orang lain karena biasanya satu kedung/sendang/kali dipakai oleh sekelompok orang. Antri? Iya. Jadi dari mulai malam sampai malam lagi.

Waktu kecil, saya pernah ikut dalam barisan antrian mandi jam empat pagi. Di udara terbuka di pegunungan pada musim kemarau, mandi jam empat pagi. Saya juga heran mengapa waktu itu saya manut-manut saja digiring bapak ke kali, bukannya minta diambilkan airnya saja lalu mandi di rumah. Hahahaha! Brrrr!!!

Ada lagi yang khas sewaktu musim kemarau ini. Tumbuhan rimpang daunnya mengering semua. Jadi lupa dimana posisi menanamnya dulu. Saya yang tidak pandai bercocok tanam, diuring-uring ibu karena kelamaan mencari sebongkah kunyit untuk bumbu masak. Aih, memalukan!

Berikutnya adalah main layang-layang atau layangan. Biasanya lebih banyak dimainkan oleh anak laki-laki sehingga saya sendiri tidak punya kenangan khusus yang berhubungan dengan main layangan. Mungkin nanti ya, di masa depan, saya ingin membuat kenangan khusus bermain layang-layang. Hehe! Sekedar informasi saja, jangankan bermain layangan, menaikkan layang-layang ke udara saja saya tidak yakin bisa. Okelah, suatu saat nanti saya akan coba. ^^


Optimizer, apa lagi sih yang khas ketika musim kemarau?


** Jum'at semangat!! **



14 Oktober 2014

Nggak ada Jomblo yang Sakinah


Nggak ada jomblo yang sakinah, kata ustadz. Huaa Benarkah? Tapi benar juga mungkin ya? Ketahuilah Optimizer, meskipun saya berusaha menahan diri untuk tidak menanggapi, tapi hati siapa yang tidak dag dig dug saat menerima pujian setinggi langit, perhatian dan semacamnya? Hati saya tetaplah hati seorang perempuan, yang mudah jatuh iba dan kasihan. Hihihi!

Di: “Loe harus tega kalau nggak mau mem-PHP orang!”
Fi: “Gue cuma kasihan, Mak.”
Di: “Nggak usah mikir dia lagi mojok di kamar sambil nangis-nangis bombay!”
Fi: “Eh?”
Di: “Karena mereka lelaki, bukan pemain sinetron!”

Yahahahaha! Bukannya dia pernah alay juga?? Piss Di, habis ini gue jangan di-keplak. Please….

Optimizer, maunya saya sih bisa ramah ke semua orang, bergaul dengan siapa saja, nyambung diajak ngobrol apa saja. Hehe! Tapi urusan cinta masalah lain kali ya. Urusanya panjang dari dunia sampai akhirat.
Jadi man, nyulik lirik lagunya Melly Goeslaw nih,

Aku hanya ingin cinta yang halal
Di mata dunia juga akhirat
Biar aku sepi aku hampa aku basi
Tuhan sayang aku
Aku hanya ingin cinta yang halal
Dengan dia tentu atas ijin-Nya
….

Iya, saya jadi sepakat sama si ustadz. Kalau begitu saya nggak mau men-jomblo lagi. Ihihihi

Optimizer, have a nice day!

3 Oktober 2014

Titik Tolak


Pernah ya saking jengkelnya, saya biarkan adik ponakan saya makan hanya dengan nasi plus air garam. Mungkin kalau sudah besar nanti dia tahu hal ini, dia bisa saja memberi saya predikat “tante paling usil sedunia”. Hehehe!

Habis saya gemes karena pada saat itu dia tidak suka segala macam sayuran. Ada-ada saja alasannya. Sayuran hijau dia sebut “suket” atau dalam bahasa Indonesia berarti rumput, yang dengan kata lain yang dia maksud adalah pakan ternak.

Bahkan ketika di piringnya kecipratan secuil daun bayam, selama secuil daun itu masih kelihatan berwarna hijau, dia tidak akan doyan bahkan pernah “mutung” tidak mau makan hanya karena hal sepele itu. Makanya saya berusaha tega dengan membiarkan dia melahap nasi plus air garam. Mungkin sesekali dia perlu diberi “pelajaran”.


si kecil Fary

Tapi ternyata tidak selamanya dia tidak suka sayuran. Kabar baik ini sampai ke telinga saya karena dikabarkan langsung oleh pelakunya via telepon. Baru-baru ini saja.

Saya tanya kenapa sekarang suka sayuran padahal dulu tidak suka. Jawabnya, “kan dulu aku masih kecil, Te! Dan nggak tahu rasanya kalau sayur itu ternyata enak!” Beeeuuh Murid PAUD ini sudah bertingkah sok jadi anak gede sekarang. Tapi waktu saya konfirmasi ke kakak saya (mamanya dia), ada yang bikin saya ketawa geli karena alasan dia suka sayur pertama kali karena habis menelan permen karet. Sepemahaman dia, permen karet itu bisa membuat ususnya lengket sehingga biar tidak lengket harus sering-sering makan sayur.

Fary, keponakan saya itu, dengan makanan kesukaannya yang baru, membuat saya berpikir bahwa tidak selamanya orang berada pada satu kondisi yang itu-itu saja. Pasti ada perubahan. Meskipun dulu saya tidak terbayang bagaimana anak ini akan berubah menyukai sayur.

Perubahan itu dimulai dari sebuah titik yang namanya titik tolak. Kalau saya berusaha mendeskripsikan secara singkat, titik tolak itu seperti perjalanan yang semula lurus atau kondisi yang semula begini-begini saja, kemudian menemukan momen atau peristiwa yang menjadi batu loncatan untuk bertolak ke kondisi yang lain, yang berbeda dengan kondisi atau jalan lurus yang ditempuh sebelumnya.

Jadi bisa saja titik tolak ini adalah batu loncatan untuk berubah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Akan tetapi harap Optimizer catat, kita membahasnya di sini adalah titik tolak untuk berubah menjadi lebih baik saja.

Kembali kepada adik saya. Dia bertolak menjadi ‘suka sayur’ karena alasan yang sederhana menurut logika orang dewasa. Saya sendiri tidak tahu pasti. Jika nalarnya sudah jalan dan semakin memahami, apakah dia masih akan menyukai sayur atau tidak.

Nah, ini juga yang harus dipikirkan ketika bertolak pada kondisi yang berbeda dari sekarang. Bahwa kita berubah, harusnya bertolak dari pondasi yang kuat. Bukan asal-asalan saja, misalnya hanya karena ikut-ikutan. Bagaimana mungkin pondasi rapuh yang kita bangun padahal kita ingin berubah permanen menjadi orang yang baik hingga penutup usia. Akan tetapi kalau kita berubah awalnya karena terpaksa? Emm…, bagaimana ya? J

Meskipun sangat mungkin, orang berubah itu bertolak dari hal-hal yang tidak melulu besar. Orang bisa berubah hanya dengan hal-hal kecil, dari kebaikan-kebaikan ringan yang disebarkan orang lain, atau bisa juga karena membaca tulisan orang lain.

Siapa yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik, Optimizer?!

Apakah Optimizer punya momen yang membuatmu berubah menjadi lebih baik? Coba ingat-ingat.


Selamat berakhir pekan dan Selamat Hari Raya Adha 1435 H.