29 Agustus 2014

Lost Focus


Banyak pekerjaan, banyak pikiran bisa membuat lost focus. Bingung mau menyelesaikan mulai dari yang mana. Kayaknya semua penting dan harus mendapat perhatian. Kayaknya semua harus selesai. Eh, semua tetap penting tapi nggak ada yang selesai. Hellooo…jangan-jangan ada yang salah dengan struktur tubuh. Haha! Kaki di kepala, kepala di kaki. Lho, ini kan lagu?!





Kali aja Optimizer ada yang sedang lost focus, maka saya mengajak untuk kembali fokus. Seperti gambar itu, panahnya menunjukkan arah yang benar. Nah itu dia, mari kita bersama-sama kembali ke jalan yang benar.

J

Coba mulai dari menata ulang target dan tujuan. Berhenti sejenak, ambil nafas dalam-dalam, ingat kembali apa niat awal melakukan suatu tindakan yang sedang kamu selesaikan. Kalau niat awal sudah baik ya pertahankan saja. Kalau niatnya belum baik ya diperbaiki. Yang penting nggak setengah-setengah. Setengah niat setengah enggak, nanti dapetnya juga cuma setengah, selesainya juga di tengah-tengah alias nggak kelar. #pengalaman pribadi banget.

Kalau targetnya terlalu tinggi, coba deh pelan-pelan dulu. Nggak ada yang instan di dunia ini. Ohhoo! Yang penting ada perubahan yang lebih baik dari waktu ke waktu,  meskipun kecil. Hargai dong usaha diri sendiri! Soalnya begini, kalau sedang malas, melihat target yang terlalu muluk itu rasanya tinggi (iiiiiiiiiiiiiiii) banget. Makanya sedikit demi sedikit, yang penting berubah jadi lebih baik. #piss! Ini alesan aja. Sebuah apologi karena sedang malas. Harap tidak ditiru.

Mengingat kembali tujuan jangka panjang. Perlu dipertanyakan, apa yang sedang kita lakukan sekarang itu selaras nggak dengan tujuan jangka panjang. Ya jangka panjang, dunia dan akhirat. Kalau sudah tidak sesuai, ya lagi-lagi harus kembali ke jalan yang benar. Dari tadi itu terus ya. Hehe!




Nah, biar nggak makin menambah buruk suasana, hal-hal kecil ini perlu diperhatikan juga. Faktor eksternal, yaitu hal-hal di luar yang ikut mempengaruhi ketidakfokusan.

Misalnya kamar yang berantakan. Maka dari itu, tata kamar yang rapi dan wangi. Jadi kalau pulang nggak sumpek lihat isi lemari keluar semua. Jadi kamar kita bisa buat ngadem kalau sedang lost focus. Siapa tahu di kamar yang adem, tiba-tiba muncul inspirasi sehingga semangat untuk melakukan suatu tindakan itu jadi menyala lagi.

Perhatikan juga kesehatan dan kebersihan tubuh. Pikiran yang sehat kan ada di dalam jiwa yang sehat juga. Makan secukupnya, kalau memang sehari cukup sekali ya satu kali aja, jangan ikut-ikutan tren jadi tiga kali. Minum air putih secukupnya, minum multivitamin secukupnya, makan buah secukupnya, tidur secukupnya, bercanda secukupnya, setrika, nyuci, lap-lap kaca, ngepel, dan sebagainya, secukupnya. Hehe!

Yang paling penting ya tetap faktor internal alias diri kita. Seperti hal-hal kecil di luar yang perlu ditata, maka faktor internal di dalam kita juga harus demikian. Tetap berpikir positif. Kalau orang-orang yang kondisinya tidak seberuntung kita (cacat kakinya misalnya) saja bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat, bagaimana dengan kita yang memiliki kesempurnaan, badan dan akal yang sehat.

Pastinya, melakukan sesuatu yang baik itu tidak sia-sia, insya Allah.



Optimizer, apa yang membuatmu semangat hari ini? Apakah kamu sudah berhasil mencapai impianmu?

25 Agustus 2014

Ada Banyak Alasan untuk Memanggilmu UKHTI


Ada banyak alasan untuk memanggilmu ukhti, begitu kata seseorang. Memang sejak saya bergabung di kegiatan kerohanian sekolah, saya sering mendengar kakak tingkat yang putri memanggil sesama mereka dengan sebutan itu. Panggilan ini makin akrab di telinga saya ketika bergabung lagi di organisasi kerohanian kampus, kemudian hari.

Mengapa kamu memilih memakai sebutan itu? Kapan kamu menggunakan dan pada siapa sebutan itu kamu gunakan? Nah, inilah jawaban yang berhasil saya kumpulkan.

  1. Memanggil ukhti dengan tujuan untuk menghormati dan menimbulkan rasa segan. Senior dengan sesama senior, jika di situ ada adik tingkatnya sewaktu mereka bercakap-cakap, membahasakan diri mereka seperti ini. Tujuan mereka agar adik tingkat merasa segan. Maksudnya bukan yang negatif. Tapi lebih sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan “hormati yang lebih tua, sayangi yang lebih muda”. Ada efek yang diharapkan juga untuk jangka panjang. Haha! Sok tahu saya. 
  2. Memanggil ukhti karena alasan saudara seiman. Sesuai dengan pengertian yang saya ketahui, ukhti memiliki arti yang sebanding dengan saudara perempuan. Kalau menurut saya dengan panggilan ini di antara dua perempuan eh muslimah, ada rasa sayang yang ingin ditunjukkan. 
  3. Memanggil ukhti agar tidak ada perasaan aneh yang mengganggu. Khususnya untuk hubungan laki-laki dan perempuan. Jadi kesannya lebih netral. Barangkali sebagai orang jawa, panggilan DIK, MAS itu terkesan lebih akrab sehingga ini kadang-kadang menimbulkan prasangka dari pihak lain dalam bentuk pertanyaan “kok mbak ini sama mas itu kelihatan akrab ya? Deket banget. Ada apa ya? Jangan-jangan…. ” Heheh, padahal tidak ada apa-apa. Nah, untuk mencegah pihak lain berpikir macam-macam, akan lebih netral jika memanggil ukhti.
  4. Memanggil ukhti untuk tujuan provokatif. Eh? Jadi jika seseorang dipanggil ukhti, konon akan menimbulkan sugesti positif dalam dirinya karena dalam panggilan itu terkandung kesan alim dan sholihah.
  5. Memanggil ukhti agar terkesan lebih formal dalam forum. Kata teman saya, ketika ada forum rapat besar yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, menurutnya adalah waktu yang tepat untuk memanggil ukhti. Kalau di luar itu? Dia lebih sering memanggil nama saya tanpa embel-embel apapun. Sebenarnya saya juga lebih senang dipanggil dengan nama saja kalau sudah kenal. Agar tidak ada tembok di antara kita. Hehe!
  6. Memanggil ukhti karena tidak mengenal namanya. Biasanya jika ada pertemuan forum apa se-Indonesia begitu, belum tentu saling mengenal satu sama lain karena pesertanya dari berbagai penjuru. Agar terasa lebih akrab dan mendorong untuk kenalan, tidak jarang memakai sebutan ini.
  7. Memanggil ukhti karena ingin pedekate. Eh? Rasanya agak gimana gitu ya. Tapi ada sih kayaknya, laki-laki yang memanggil seorang muslimah dengan panggilan ini karena ingin pedekate. Emm, ini jujur tidak ilmiah dan hanya pendapat saya. Haha! Seorang yang dipanggil ukhti memiliki nilai lain yang mungkin bisa saja menarik perhatian lawan jenis sehingga ada yang ingin pedekate dan sok akrab ikut-ikutan memanggil ukhti. Hihihi! Ada modus di balik kardus.  LUPAKAN! Belum ada bukti soalnya.
  8. Optimizer punya alasan lain? Tambahkan sendiri ya!

Harap dicatat, semua ini hanya opini beberapa orang. Tidak bisa di-generator. Ups! Digeneralisir maksudnya. Tidak ada yang paling benar dan tidak ada yang paling salah. Bagi saya pribadi, tidak ada tuntutan khusus untuk memanggil saya ukhti. Eh, memang saya siapa? Haha! Saya lebih suka berbaur dengan semua orang, semua lapisan, tanpa harus ada embel-embel apapun. Asal tahu sama tahu batas-batasnya dalam pergaulan saja.

J

20 Agustus 2014

Pesan Dari Takmir

Begitu masuk ke area parkir tulisan ini langsung terbaca. Saya buru-buru merogoh saku tas mencari hape.



Ada kesan galak dari kalimat itu. Tapi tegas dan langsung menusuk. Seolah-olah kalimat itu sudah sekian kali diulang karena yang diingatkan tidak kunjung mematikan hapenya saat shalat berjamaah. Memang ada kadang-kadang jamaah yang nakal. Tapi lebih banyak yang lupa kali ya. Masa sengaja mau pamer hape saat shalat berjamaah.

Menurut saya takmirnya pinter memilih tempat yang strategis untuk memasang tulisan itu. Bagi yang masuk halaman masjid, mau tidak mau pasti membaca. Kalau masih ada yang lupa, hhe!, mungkin itu jamaah iseng.

Kalau sewaktu sedang khusyuk tiba-tiba ada nyanyian memang bisa bikin konsentrasi buyar. Wajar ya kalau takmir memasang pesan ‘kejam’ seperti itu. biasanya sih yang saya temui tidak segalak ini.


Optimizer, apa kamu pernah menemukan pesan yang sama?


19 Agustus 2014

MONOLOG EMAK KOKOM

Sekarang biarkan tanganku menari di pohon-pohon singkong ini. Aku terpaksa merenggut tangkai demi tangkai daunnya agar ternakku tak kelaparan di tengah kemarau yang menggila ini. Agar esok mereka tetap mengembik dan Kokom masih bisa tersenyum lagi melihat piaraannya bermain dengan riang.
Ah, Kokom. Betapa sebenarnya aku kasihan melihatmu seperti itu. Tertidur dalam balutan kain gendong di tubuh emakmu yang berpeluh, bau keringat. Namun pada siapa kau akan kutitipkan kalau di rumah tak ada  orang sama sekali?
Kokom anak Emak, cepatlah engkau besar biar bisa membantu Emak pergi merumput. Biar kambing kita beranak pinak, biar bisa buat biaya sekolahmu. Emak ingin kau sekolah. Pakai seragam putih merah dan berdasi.
Makanya bapakmu merantau, Nduk. Itu karena suatu pertimbangan ingin merubah hidup kita jadi lebih baik. Ya, setidaknya minimal itu yang kami harapkan. Doakan agar dapur Emak tak berhenti mengepul.
Maafkan Emak, Kom. Terpaksa Emak bawa engkau ke tempat gersang ini. Bukankah setiap hari kamu juga diguyur terik seperti ini? Emak yakin kau kuat. Iya, kau anak Emak yang kuat. Pernah sekali dua kau merengek, apakah kau merindukan bapakmu? Kalau begitu kau tak sendiri, Kom. Sejak engkau lahir hingga disapih, sama sekali Emak tak pernah bertemu dengan bapakmu. Waktu yang cukup lama bukan?
Emak percaya Kom, percaya bapakmu baik-baik saja di rantau sana. Bapakmu setiap habis gajian selalu mengirimkan uang untuk biaya hidup kita berdua. Bapakmu juga rajin berkirim kabar lewat surat yang dititipkan pada Rukmini, tetangga kita yang juga perantau itu.
Setiap kali Rukmini pulang kampung, bapakmu selalu titip kabar, titip surat. Hal itu yang paling Emak harapkan, Kom. Hingga kalau sekali saja Rukmini pulang tanpa surat dari Bapakmu, Emak akan menangis sepanjang hari. Ah, seharusnya yang ini emak tak usah cerita padamu. Malu.
Tiba-tiba Emak ingin sekali bertemu Bapakmu, Kom. Apalagi setiap ke ladang singkong ini. Banyak kenangan yang terukir bersama Bapakmu di sini. Kenangan masa muda kami sebelum engkau menatap dunia untuk pertama kali.
Dulu Bapakmu bertani di ladang Bapak, Simbahmu. Membantu dangir, menanam singkong, merawat tanaman itu, menunggu panen hingga memanen. Emak sudah jatuh hati padanya sejak Bapakmu hari pertama bekerja di ladang simbah. Entahlah, hati emak sudah begitu saja terpaut pada senyumnya. Lama-lama kami dekat, bermain bersama. Bahkan Bapakmu sering membuatkan Emak mainan dari tangkai-tangkai daun singkong itu, rumah-rumahan, kalung, gelang. Ah, Emak suka sekali waktu itu.
Lalu kami bertambah dekat. Dan gelagat itu ditangkap oleh Bapak. Simbahmu, Kom. Entah kenapa peka sekali dengan hal-hal seperti itu. Akhirnya beliau memutuskan menikahkan kami.
Sebelum itu Bapakmu memang telah meminta Emak. Bapakmu melamar Emak di ladang singkong itu, Kom. Waktu itu Emak sedang mengumpulkan hasil panen singkong. Emak yang belepotan dengan tanah, tiba-tiba dikejutkan oleh suara ‘bruk’ dari arah belakang. Emak menjerit karena kaget. Tapi begitu tahu siapa yang datang, dada Emak langsung berdegup kencang. Lalu Emak lupa bagaimana awalnya, Bapakmu tanpa babibu sudah meminta Emak untuk jadi istrinya. Haaahh, sungguh jantung Emak benar-benar hampir copot. Bayangkan, saat itu Emak benar-benar kaget karena terkejut, lalu Emak diminta jadi istri orang yang Emak juga mencintainya.
Emak menerimanya karena hati Emak sudah dicuri Bapakmu. Kalau tidak bersedia jadi istrinya, bisa-bisa Emak yang semaput karena jiwa Emak tak bisa seimbang. Ya begitulah. Lalu setahun setelah itu lahir kamu Kom, bidadari Emak.
Setelah ada kamu tak mungkin lagi emak hidup dengan orang tua. Lalu Emak dan Bapak sepakat membangun rumah sederhana di samping rumah simbah, rumah kita yang sekarang itu. Semuanya harus mandiri, termasuk keuangan yang tidak lagi tergantung sama simbah. Lama-lama kami tak punya uang, harus memenuhi kebutuhan hidup. Dan ladang singkong itu tidak begitu menjanjikan. Itu sebabnya Emak harus rela melepas bapakmu ke rantau. Itu setelah kamu lahir hingga sekarang ini Kom. Bapakmu merantau selama itu dan baru pulang sekali saja, ketika kamu berusia enam bulan. Lepas itu, kami tidak pernah bertemu. Kabar tentang Bapakmu hanya Emak baca seperti yang tertulis dalam surat yang dibawa oleh Rukmini.
@@@
Kokom, Emak minta sore ini jangan merengek lagi. Hal yang sangat jarang kau lakukan kecuali badanmu sedang panas. Tapi kenapa kau terus-terusan menangis, Nak? Badanmu sama sekali tidak panas, makanmu cukup meski tak selahap biasanya. Apa yang terjadi denganmu? Pagi tadi sudah kumintakan suwuk pada Mbah Kem, dukun kampung yang pintar mantra-mantra itu. Air putihnya sudah kau minum Kom, tapi kau tak kunjung diam. Rewel terus. Emak sampai bingung harus berbuat apa. Pikiran Emak jadi tidak enak.
Baru setelah sore, Emak bisa melihatmu diam, Kom. Akhirnya kau bisa tidur pulas. Apakah suwuk itu benar-benar mujarab? Emak gendong kau kesana kemari. Emak timang sampai kau tertidur. Ya, tidurlah dulu seperti itu barang sebentar, Emak mau memasak sesuatu.
Belum lama Emak menidurkanmu di amben reot itu, Rukmini datang. Tetangga kita yang satu itu bertamu ke rumah kita. Emak semakin kagum saja melihatnya, Kom. Kalau kau bangun, kau pasti melihat rambutnya yang berkilau hitam lurus, pupur-nya membuat wajahnya tampak putih, dan memang kulitnya sekarang semakin langsat. Ia pakai benges segala. Lihatlah Kom, betapa makmurnya sekarang dia. Hanya bertamu ke rumah kita saja dandanannya luar biasa. Tapi memang dia orang kaya Kom, sukses merantau.
Emak akhirnya tak bisa menahan perasaan Kom. Emak tanya saja bagaimana dia bisa merubah penampilannya itu. Oalah ternyata dia dandan di salon katanya, tempat yang khusus untuk orang-orang yang mau berdandan. Ah, Emak tak tahu Kom. Emak juga tak ingin membahasnya lagi. Karena yang paling ingin Emak dengar justru kabar Bapakmu.
Rukmini bilang Bapakmu agak kurang sehat. Emak kaget mendengarnya Kom. Khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu dengan Bapakmu. Kata Rukmini butuh biaya buat mengobati Bapakmu. Uangnya sudah menipis karena untuk berobat. Dan tujuan Rukmini datang ke rumah kita untuk meminta uang buat berobat Bapakmu. Aduh Kom, haruskah Emak jual kalung mas kawin itu? Tapi ini demi Bapakmu, Kom. Sedangkan Emak tak punya apa-apa.
Akhirnya sebelum Rukmini pulang, Emak janjikan besok sudah ada uangnya. Emak tanyakan pada Rukmini bagaimana kalau uang hasil jual kalung itu tidak cukup Rukmini bilang tidak apa-apa karena mau ditambahi simpanannya dahulu. Rukmini begitu baik hati.
Ya, Emak jual kalung itu esok harinya. Tidak banyak Kom, semuanya Emak kasih ke Rukmini saat itu juga. Ditambah simpanan Emak beberapa rupiah yang Emak rencanakan untuk hidup kita beberapa hari mendatang. Pokoknya Emak hanya berpikir bapakmu cepat berobat dan cepat sehat.
@@@
Kemarau belum juga hendak berganti musim. Kita masih di sini Kom, tinggal berdua di rumah sederhana. Memandangi langit dan merasai hembusan angin. Terkadang saking kuatnya, debu-debu di halaman kita itu ikut terbang. Lalu menempel pada dinding kayu rumah kita dan membuatnya tampak kusam. Ah, Emak tak peduli. Yang penting kita bisa makan.
Apa kabar Bapakmu ya, Kom? Dua bulan sejak Rukmini berangkat itu hingga hari ini belum lagi kita dengar kabarnya. Ya kepada siapa kita akan menitip surat, belum ada tetangga kita yang pulang dari rantau. Tapi kemarin ada orang dari tetangga desa yang ketemu Kom. Dia belum bertemu Emak, tapi Emak sudah dengar kabar dari orang-orang sekampung, Bapakmu akan pulang dalam waktu dekat. Emak senang Kom mendengarnya. Emak akan bertemu lagi dengan Bapakmu. Kita akan berkumpul lagi Kom, kau pasti juga rindu bapak bukan? Kom, kita akan segera berkumpul satu keluarga.
@@@
Emak sudah pastikan berita itu Kom. Emak sudah datangi tetangga desa yang membawa kabar Bapakmu. Bapak sudah sehat dan sudah bekerja lagi. Dan yang sangat membahagiakan adalah, Bapak akan pulang. BAPAK PULANG KOM! Emak rasanya sudah tak tahan lagi menantikan waktu itu tiba. Emak sampai bingung apa yang harus dipersiapkan. Emak tidak bertemu dengan Bapakmu selama hampir dua tahun. Emak tak tahu apa yang dia adatkan sekarang.
Tapi Emak tahu Bapakmu suka sekali nasi tiwul sama sambel dan lalapan. Pasti sekarang pun begitu. Seperti masa kami muda dulu.
Kalau tidak salah tiga hari lagi Bapak pulang. Itu kan hari Sabtu Kom. Begini-begini Emak pernah sekolah meskipun hanya di sekolah dasar, Emak bisa membaca dan tahu nama-nama hari.
Baiklah Nak, kita akan mempersiapkan keperluan untuk menyambut kepulangan Bapakmu besok Sabtu. Emak akan buat masakan spesial. Nasi tiwul sama sambel ikan lalap kangkung.
@@@
Emak tak sabar lagi untuk menunggu matahari terbit. Ini akan menjadi hari yang paling bahagia dalam hidup Emak. Hari yang kita berdua tunggu selama ini. Kau ikut senang kan?
Iya, kita harus sedikit bersolek dulu. Rambut Emak yang sudah panjang ini harus diapakan ya? Apa dikepang? Mungkin Emak akan terlihat lebih muda. Tapi apa tidak kelihatan seperti anak-anak? Atau ditali ekor kuda? Hahaha, tidak tidak. Itu akan terlihat sangat lucu bagi Emak. Kalau digerai seperti ini Emak akan seperti wewe gombel. Ah, Emak bingung Kom bagaimana harus menata rambut. Rambut Emak tidak bisa lurus seperti rambut Rukmini itu. Di sini pun tidak ada tempat yang khusus buat mendandani orang.
Daripada Emak bingung mending begini saja. Nah, kau lihat lebih rapi kan Kom? Rambut Emak mungkin cocoknya digelung. Dan dipakaikan tutup kepala seperti ini. Uhh, rasanya Emak lebih muda dan lebih cantik. Ini juga mas kawin dari bapakmu Kom, kerudung merah jambu bunga-bunga. Belum pernah Emak pakai kecuali sekali dulu waktu mengantar bapakmu ke terminal. Emak menyimpannya agar tetap baru. Sekarang Emak pakai lagi untuk menyambut Bapakmu.
Jam sepuluh nanti kita harus siap-siap di depan rumah Kom. Emak ingin membantunya membawa barang-barang. Merantau beberapa lama pasti Bapak membawa sesuatu untuk kita.
@@@
Satu jam sudah mungkin kita berdiri di sini. Berdiri menahan bosan demi seseorang yang kita cintai tak membuat kita beranjak. Bukankah kita terbiasa terpanggang seperti ini? Ya, Emak tak mau masuk rumah dulu hanya karena dihalau terik matahari. Kau juga sabarlah sebentar.
Itu Kom! Seorang laki-laki tinggi tegap menenteng tas jinjing besar. Ia melangkah ke arah kita. Emak hampir tak mengenalinya. Seperti, aduh Emak jadi malu. Bapakmu sangat sangat tampan, Kom. Lihatlah, Nak. Biar Emak panggil dia. Ayo kita panggil bersama-sama!  
Tapi apa itu Kom? Emak lihat banyak orang yang mengantarnya. Wah, begitu terkenalkah Bapakmu hingga orang-orang menyambut kepulangannya juga? Tidak Kom, tidak. Siapakah orang-orang itu? Siapakah perempuan di samping Bapakmu yang menggendong anak kecil itu? Mengapa ada Rukmini? Kom, apa yang terjadi? Apa kau bisa menjelaskan pada Emakmu ini?


*** Kehidupan itu lebih dramatis dari drama

18 Agustus 2014

Mau saya kemanakan buku tak bertuan ini?


Kalau tiba-tiba dapat kiriman setumpuk buku dan kesemuanya bukan milik kita apa yang akan kamu lakukan?


Saya dapat kiriman dari seseorang beberapa buah buku.

Sempat saya berpikiran buku-buku itu adalah sebagai ganti dari buku-buku saya yang hilang dan tidak kembali sampai hari ini. Tapi ya, buku-buku itu bukan milik saya dan pemiliknya belum tentu mengikhlaskan buku itu buat saya.

Saya sudah memilah-milahnya. 

  1. Untuk buku yang saya pinjam dan mengembalikannya saya titipkan ke dia (si seseorang) tapi ternyata dia belum menyampaikan titipan saya ke pemilik buku yang bersangkutan, tanggung jawabnya kembali ke saya untuk mengembalikan.
  2. Untuk buku yang tidak pernah saya pinjam, jika ada identitasnya dan saya kenal, akan saya hubungi juga nama yang tertera di situ.
  3. Untuk buku yang tidak beridentitas. Bagaimana ya kalau langsung saya kirim ke rumah baca atau perpustakaan kampung? Mungkin lebih bermanfaat. Boleh nggak ya?


Jadi ingat buku-buku saya yang hilang. Apa yang membawa buku-buku saya itu melakukan hal yang sama ya? Kalau saya menghubungi pemilik buku tak bertuan ini, suatu saat saya juga akan dihubungi dan buku saya dikembalikan.

Atau buku saya tidak kembali karena saya juga belum mengembalikan buku-buku tersebut?

14 Agustus 2014

Enaknya sakit


kalau aku sedang sakit
enaknya bisa seharian tiduran di ranjang
kapan lagi bisa istirahat full time
kalaupun hari libur
belum tentu tidak beraktivitas


kalau aku sedang sakit
aku bisa request menu kesukaanku
pasti ibu tidak akan keberatan
memasaknya
meskipun belum tentu aku habiskan


kalau aku sedang sakit
enaknya
banyak yang care padaku
mendo’akan kesembuhanku
memberi nasihat untuk minum obat
menyuruhku beristirahat


Ya Allah,
dan sakitpun adalah nikmat


Optimizer, pernah kan kamu sakit? 


11 Agustus 2014

I Love My Sis ‘N Bro



gambar dari sini

Dear, mungkin jarang-jarang ya aku nggombalin kalian. Tahu nggak? Aku sayang kamu berdua. Boleh percaya boleh tidak.

:D

Kita dilahirkan dari rahim yang sama dan dibesarkan dalam kesederhanaan yang sama. Meskipun tinggi kita tidak akan pernah bisa sama. Hahaha! Biarin! Toh sampai kapanpun kalian tak akan bisa lebih tua dariku dan kupanggil Kakak. Toh sampai kapanpun kalian tak akan pernah bisa milad selain di bulan Agustus. Toh kalian juga nggak punya tahi lalat di hidung. Naah!

Tapi kita tetap sama-sama bisa berjuang. Mewujudkan impian kita agar menjadi anak yang berguna untuk agama, bangsa dan negara. Sekaligus membahagiakan orang tua.

Selamat menjadi tua. Eh, selamat bertambah usia. Meskipun dunia kita berbeda, akan tetap selalu ada cinta bersama do’a. Kita tidak akan pernah melupakan casablanka. Dari sana kita berangkat dan kesana kita akan pulang, berkumpul, mencari kehangatan.

Miss you, Dear



*** Bulan ini duo cerewet (dalam versi saya mereka yang cerewet, dalam versi mereka sebaliknya) alias dua adik saya, berulang tahun. Rasanya kayak dikejar-kejar. Bukan tiba-tiba baru sadar. Tapi setengah tidak yakin saja kalau waktu berjalan secepat ini. Haha, jadi makin lebih sadar lagi kalau saya sudah tua.


내 동앵, 사랑해....


10 Agustus 2014

This Is My Own Methods


Paska Baca ini INI saya jadi punya ide buat share tips saya sendiri.

Tidak bisa dipungkiri kalau kadang-kadang dalam hidup kita itu terjadi peristiwa yang bikin hidup jadi kehilangan semangat. Kayak misalnya kehilangan pekerjaan, gagal dapet beasiswa,  gagal masuk perusahaan yang diinginkan, patah hati, dan lain-lain. Kalau mengalami hal-hal kayak gitu rasa-rasanya seperti menjadi orang termalang di dunia dan semangat kita jadi down.

By the way, mungkin nggak harus lebay kali ya. Apa yang sudah terjadi kan biarlah terjadi. Let it go! Toh, waktu nggak bisa mundur. Bisanya kita memperbaiki hidup kita yang ada di depan. Nah, buat saya di sini nih getting mindset-nya, bahwa yang sudah terjadi biarlah terjadi. Apalagi kalau ternyata yang sudah kita lakukan untuk mendapatkan yang kita inginkan itu sudah sesuai dengan kemampuan yang kita miliki alias sudah melakukan yang terbaik. Nggak ada gunannya kan menyesal? #sok bijak

Hal berikutnya adalah, menuliskan apa yang membuat semangat hidup kita turun. Sedetail mungkin. Kalau perlu ada tokoh antagonis, protagonis, alur yang berurutan. Eh, kayak bikin novel nggak sih? Haha! Terserah, pokoknya tulis aja semuanya. Habis itu dibaca ulang dan selamat menemukan hal-hal konyol yang tidak sadar atau dengan sadar yang telah kamu lakukan. Setelah itu selamat menertawakan diri anda sendiri. Kalau ada yang memalukan ya ketawain aja diri sendiri. Asyik kok buat refleksi! Coba deh!

Kalau peristiwanya benar-benar menyakitkan, mungkin bikin kita nangis, nggak usah ditahan. Beri kesempatan dirimu sendiri untuk menangis sepuasnya. Sampai mata bengkak juga nggak apa-apa. Selama mungkin, sepuas mungkin, asal nangisnya nggak di pinggir jalan aja. Ngumpet kemana gitu. Di dalam kamar boleh deh! Asal nggak menganggu ketertiban umum. Nanti kalau sudah puas nangisnya, lanjut tidur. Lho?! Soalnya nangis yang bener-bener nangis itu bikin capek, Sodara! Haha! Tapi udah segitu aja, besok-besok nggak perlu nangis lagi.

Biasanya sih kalau sudah nangis, beban sedikit reda ya. Coba untuk melakukan sesuatu yang bikin kita enjoy habis itu. Nulis misalnya. #ups, curcol! Bisa dengan travelling, berkebun, baca komik, nyanyi, merajut. Apapun yang bisa bikin kita enjoy. Tapi sesuatu yang positif aja. Mungkin saja kita menemukan bakat terpendam yang selama ini nggak kita sadari.

Berikutnya adalah sharing dengan orang lain. Eh, bukan untuk mengumbar aib. Tapi berbagi hikmah dengan orang lain kalau kamu dapat pelajaran tertentu dari peristiwa yang kamu alami. Biar orang lain juga ikut terinspirasi. Siapa tahu juga, kamu jadi tambah ilmu dari orang lain yang punya pengalaman berbeda.

Yang tidak kalah penting adalah, percaya sama Allah. Yakin deh sekuat apapun usaha kita masih ada yang jauh lebih kuasa dalam urusan mengatur hidup kita. So, kita mau kayak gimana, kalau itu memang belum yang terbaik buat kita ya sudah. Tapi pasti di balik itu ada yang lebih baik. Cukup menghibur kan?

:D  

Tapi ya memang tidak semudah itu sih, terus tiba-tiba semangat kita jadi naik lagi. Butuh waktu, Guys! It’s okay, yang penting nggak berlarut-larut. Nggak ada juga kok luka yang bakal sembuh dalam sekejap. Pasti butuh waktu. Haha, ngeleeees!!!!



 Sumber:  di sini


Optimizer, kamu pernah patah semangat? Gimana caramu bangkit lagi? 


9 Agustus 2014

Dari Hati Sampai ke Hati


Ini beda lo dengan dari mata turun ke hati. Jauuh!! ^_^

Pernah, menemui seorang ladies dengan gadget-nya masuk ke sebuah outlet yang menyediakan aksesoris muslimah. Kita sebut saja dia, Ladies.

Begitu Ladies melangkahkan kakinya di muka pintu masuk, hampir semua orang menoleh kepadanya. Itu karena Ladies terlihat mencolok di antara sekian pengunjung outlet yang hampir semuanya memakai kerudung. Sedangkan Ladies hanya berkaos oblong yang ditutup dengan kardigan hitam dan celana super mini. Mungkin dia merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang baru dimasukinya sehingga dia memasang earphone sambil menyanyi layaknya sedang berada di kamar mandi. Terkesan cuek, angkuh, tidak respek. Membuat semua orang yang ada di situ terdiam, mungkin sambil berpikir macam-macam.

Dengan gaya cuek, Ladies terlihat membongkar segala macam aksesoris yang ingin diketahuinya. Nah, ketika dia memilah jilbab, sepertinya ada yang menarik perhatiannya. Si pelayan, Nona, yang siaga di situ meminta Ladies mencobanya.  Terlihat Ladies enggan dan menjawab dengan kalimat singkat yang terdengar ketus. Dengar-dengar dia belum pernah memakai jilbab. Tapi Nona berkata dengan lemah lembut. Dia ambilkan koleksi terbarunya dan semua diangkut ke depan Ladies, cekatan.

Akhirnya Ladies mau mencoba. Begitu keluar dari kamar pas, dia berteriak kegirangan dengan penampilan barunya yang menurutnya tambah cantik. Setelah itu, Ladies berubah lebih ramah. Muka-muka yang tadinya tegang, mungkin karena terganggu oleh suara merdu Ladies, sudah kembali cair begitu Ladies bersikap lebih ramah. Saya pun ikut menarik napas.

Dari peristiwa ini saya mengambil pelajaran. Tidak selamanya sikap cuek, angkuh, dan tidak respek itu dibalas juga dengan sikap yang sama. Nona itu pandai mengambil hati Ladies sehingga Ladies tidak lagi terlihat angkuh. Karena bisa saja saya benar, kalau Ladies bersikap seperti itu mungkin merasa tidak nyaman saja dengan orang-orang di sekitarnya sehingga mencari aman dengan seolah-olah tidak peduli pada sekitar.

Kalau saya simpulkan, apa yang dari hati itu turunnya juga ke hati. (Ini opini saya, karena saya melihat pelayan yang bercakap dengan Ladies itu terlihat ramah dan hangat). #Nah, beda kan sama dari mata turun ke hati?!

Hha, yang ini nanti ada kisahnya sendiri. J




8 Agustus 2014

Putra-Putri Kota 1001 Goa


Lagi-lagi memorabilia of mudik 1435 H, kali ini tentang agenda tahunan putra daerah yang sehari-harinya menjadi perantau di negeri orang.

Sejak kapan ya saya bergabung dengan komunitas ini? Tepatnya saya lupa. Tapi dulu sekali sewaktu masih jadi mahasiswa unyu-unyu, saya sudah diundang untuk datang di acara pertemuan komunitas ini. Kemudian semakin ke sini, saya terus mengikuti hingga komunitas ini berkali-kali ganti nama, ganti orang dan seterusnya. Sampai … ya yang terakhir ini.

Awalnya saya ogah-ogahan untuk datang karena serasa tidak berkawan. Meskipun satu daerah kan tidak semuanya akrab. Beda almamater, beda kecamatan, beda tempat merantau, beda logat juga. Hehe! Tapi setelah membujuk rayu dua kakak saya, yang akhirnya mengharuskan saya mengambil rute yang berputar-putar karena harus methuk (menjumpai; menjemput) mereka, jadilah saya berangkat. Lagipula saya juga ingin mengenal tuan rumah yang selama ini saya kenal sebatas di dunia maya saja >>  mas dwi
#terimakasih mas jamuannya

Sempat diguyur hujan, berangkat telat karena harus nunggu dua orang kakak saya tadi, sempat depresi juga karena nggak sampai-sampai. Jujur saya baru sekali lewat jalan ini. Banyak belokan, bikin kepala pusing.



sumber: di sini
jalan raya ke Tegalombo yang bikin saya mabok. 
-_-

Waktu nemu tugu yang bertuliskan GALBO 2 KM gitu rasanya sumringah. Tapi ternyata 2 KM itu jauh ya?!  #keluhan orang capek

-_-

Rumah mas dwi ternyata juga bukan di pusat kecamatannya. Harus naik lagi dari daerah kecamatan berkilo-kilo. Pun, jalannya horor. Saya malah khawatir sama dua kakak saya tadi.

Karena telat, agak nggak nyambung sama apa yang sedang dibahas saat itu. jadi ada kesempatan buat was wis wus di belakang. Aseeekk Haha! Namanya juga ketemu teman lama.
Senang sih saya bertemu teman, saudara di komunitas putra daerah gitu. Apalagi yang satu visi. Jadi ada semangat untuk ikut berkontribusi terhadap kemajuan di daerah. Ceilee Semoga deh semoga!

:D



Putra-putri kota 1001 goa