Suatu hari di waktu pagi.
Sebuah pesan membuat telepon genggam saya bergetar, dan
membaca pesannya membuat hati saya tak kalah berdebar.
Beginikah … ?
-@@-
Lityana, adik tingkat saya di kampus, pagi itu mengirim
pesan singkat untuk meminta saya menggantikan pembicara yang berhalangan hadir
dalam forum kajian muslimah.
Menggantikan pembicara? Iya sih saya punya bakat ‘cuap-cuap’
meskipun yang ‘dicuapkan’ lebih sering nggak begitu penting. Tentu berkebalikan
sekali dengan ‘cuap-cuapnya’ seorang pembicara dalam sebuah forum kan?
Cuap-cuap yang lebih ilmiah, pakai referensi, nggak omdo alias ngajari tapi ora nglakoni, nggak asal
cuap macam anak ayam kehilangan induk.
Membaca topiknya apa, saya berpikir lagi seribu kali. Iya
sih, ini kebaikan. Berbagi ilmu bukannya nanti juga bakalan dapat ilmu? Paling
tidak sebelum ber’cuap’, baca-baca dulu kan? Tapi temanya, wiiiiiiiiiiiiii
bikin saya mengkeret duluan. Sepertinya kemungkinan besar balasan saya atas
pesan singkat tersebut adalah TIDAK.
Kalau Optimizer mau tahu, tema yang mau disuguhkan pada
forum yang akan diadakan sehari setelah saya di-sms tersebut adalah tentang
perempuan (menggenapi tema tentang kartini-kartinian di bulan April), lebih
khususnya karena ini forum muslimah maka panitia memfokuskan pada “Inspirasi
Khadijah”.
Tinggi sekali bukan?
Khadijah, Khadijah, saya mencari sesuatu tentangnya sebatas yang saya ingat. Iya sih saya pernah
membaca shirahnya, meskipun hanya secuil. Iya sih saya mengaguminya. Meskipun ‘katanya’ terinspirasi olehnya, saya
belum ada apa-apanya sama sekali. Jauuuh sekali. Justru karena itu, karena
beliau yang memiliki seabreg kemuliaan selaku wanita, selaku ibu, selaku istri,
selaku muslimah, hati saya jadi berdebar-debar.
Beginikah?
Beginikah seseorang yang akan mengisi kajian yang bertema
“Inspirasi Khadijah” berwajah?
Huaaaa‼‼‼‼!
Saya pengen nangis. Saya tidak punya apa-apa, saya tidak ada apa-apanya. Hiks!
Meskipun yang Optimizer tahu blog ini ‘kekasih bidadari’, tapi Bunda Khadijahlah
kekasih bidadari yang sesungguhnya.
Dan saya?
Akhirnya dengan berat hati saya sampaikan ke panitia melalui
Lityana, saya tidak bisa.
Tapi bukan berarti peristiwa ini sia-sia. Saya seolah-olah ditampar untuk kembali ke jalan yang benar, membaca lagi kisah
hidup wanita mulia ini, meneladani kebaikannya. Meskipun saya tahu itu tidak
mudah.
Saya juga ingin menjadi kekasih bidadari yang sesungguhnya. Tidak
cuma mewek, tidak cuma tertampar, tapi
butuh eksekusi yang konkrit! ^^
Semangat Optimizer!