26 Juli 2014

MUDIK


Saatnya mudik, Optimizer! Salah satu yang paling ditunggu di akhir Ramadhan, meskipun sedih. **Kenapa satu bulan berlalu cepat sekali???? Belum sempat ini, belum sempat itu. -_-
Semoga tahun depan bisa bertemu Ramadhan lagi. Aamiin.

Ini sudah tanggal 26, tapi belum bisa pulang ke kampung halaman. Ramadhan ini sungguh berbeda dengan tahun sebelumnya. Salah satunya adalah waktu mudik yang dengan sangat terpaksa harus dilakukan pada hari H. Ini yang pertama kalinya. 

Seperti tahun yang lalu, mudik saya kali ini mengendarai sepeda motor. Lama perjalanan 5 jam dengan jarak tempuh sejauh seratus kilo lebih. Berangkat setelah shalat Idul Fitri. Jadi nggak bisa langsung sungkem sama emak. Hehe!

Saat ini sudah mempersiapkan bekal buat beberapa hari di rumah. 

Optimizer, selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H ya! Semoga amal ibadah kita diterima. Aamiin. :D


23 Juli 2014

Nasionalisme Kecil di Rumah Kita


Ngomongin nasionalisme sepertinya topik yang berat. Ah, masa sih?

Ini cuma sekelumit kisah nasionalisme kecil di rumah saya. Terinspirasi dari membaca komentar  teman-teman di dunia maya terkait dengan pengumuman hasil pilpres tanggal 22 Juli 2014.

Komisi pemilu sudah menetapkan hasil pilpres. Terlepas dari siapapun yang terpilih dan hiruk pikuk yang melingkupinya. Yang dongkol maupun yang legowo, kita tetap bangsa Indonesia.

Cie, rasanya ada yang bergetar gitu kalau ada yang bilang kita tetap endonesah. Iya kan?

Sebagai warga negara yang baik, kita harus mencintai bangsa dan negara sendiri sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, yang diwujudkan dalam berbagai aksi nyata.

Kalau yang ini adalah aksi nyata kami selaku wong cilik, bagian kecil dari republik bernama INDONESIA.

Saya jadi teringat gambar presiden pertama kita yang sekaligus founding father negara Republik Indonesia.

Waktu saya belum belajar sejarah, saya bertanya-tanya gambar siapakah yang dipajang bapak di dinding rumah kami. Ya saya bisa membaca tulisan Ir. Soekarno di bagian bawah gambar tersebut. Akan tetapi siapa, apa dan bagaimana peran seseorang dalam foto itu dan hubungannya dengan keluarga kami sehingga bapak memajang gambar itu yang artinya memiliki kekhasan sendiri dan dianggap berarti, itu yang saya belum tahu.

Lambat laun saya mengenal siapa Ir. Soekarno. Ya sebatas penjelasan dalam buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah dasar. Tapi saya bangga, ternyata foto dalam lembaran itu adalah seorang bapak presiden. Secara, rumah saya yang jauh di pelosok ujung dunia ini memiliki potret bapak presiden yang disegani. Bangga kan? Padahal juga sebatas itu tahunya. ^^

Gambar hitam putih yang Bapak dapatkan entah dari mana itu seringkali dibongkar pasang. Kalau rumah sedang renovasi, kebetulan mengalami beberapa kali renovasi, foto itu dilepas lalu dipasang lagi. Berkali-kali. Gambar itu hingga usang, ibarat batu dia keropos. Pinggir-pinggir kertasnya sudah mrotholi. Tapi bagaimanapun bentuknya, gambar itu tetap dipasang sama bapak. Sampai … entah kapan terakhir gambar itu nempel di dinding rumah kami.

Ya, itulah sekelumit kisah nasionalisme kecil dalam rumah kami.

Kini di dinding rumah saya tidak ada gambar siapa-siapa. Tidak presiden, tidak juga foto keluarga. Cukup hanya jam dinding klasik yang  berbunyi cetak-cetok. Tapi bukan berarti kami tidak mencintai bangsa dan negara. Kan cinta bangsa dan negara tidak hanya bisa diwujudkan dengan tindakan memasang gambar presiden.

^^

Optimizer, dinding rumah kamu apa dipajangi foto presiden?


21 Juli 2014

AKU DIRI dan AKU SOSIAL


Pengertian singkat dari judul ini adalah sebagai berikut.

Aku diri adalah aku menurut pandanganku sendiri, sedangkan Aku sosial adalah aku menurut pendapat orang lain.

Optimizer, menurut pendapat orang lain seperti inilah saya. 




Ada yang mendekati kebenaran, ada yang menurut saya benar, tapi ada pula yang menurut saya tidak pas.

Penilaian orang lain terhadap kita itu juga bisa dipengaruhi oleh faktor tertentu. Misalnya saja emosi. Bisa jadi ketika orang yang bersangkutan mengatakan seperti itu dia sedang emosi tingkat tinggi karena pernah kita kerjain. Bisa jadi kan?

Bisa juga orang bersikap obyektif. Semut di seberang lautan kan biasanya lebih mudah kelihatan. Hehe! Maksud saya, mungkin saja orang lain itu lebih jeli melihat kita daripada diri kita sendiri. 












Menurut saya, adakalanya kita harus mendengarkan apa yang orang lain katakan tentang kita. Bukan agar jadi rendah diri sih! Toh, tidak semuanya benar kan?! Tapi untuk bahan evaluasi. Agar ke depan kita lebih bijaksana lagi.

Lagipula ini hanya file lama. Setiap hari manusia pasti berubah karena lingkungan di sekitar kita juga sangat dinamis kan? 

Optimizer, lebih penting AKU DIRI apa AKU SOSIAL ya? 



17 Juli 2014

SURAT


Pertama yang terbayang dalam benak saya ketika membicarakan kata “SURAT” adalah amplop. Ya, rasanya amplop dan surat adalah dua hal yang sangat berkaitan. Satu melengkapi yang lain.

Surat akan terasa janggal jika tidak dibungkus amplop, meskipun saat ini ada surat yang tidak dibungkus amplop. Ada kan? Surat kabar misalnya. Memang pengertian surat ini luas sekali, yang kalau saya simpulkan surat adalah salah satu alat komunikasi yang tertulis untuk menyampaikan pesan pada pihak tertentu. Dan seperti yang kita ketahui, sekarang ini untuk berkirim surat tidak perlu dibungkus amplop karena ada yang namanya surat elektronik (surel).

Sewaktu dalam perjalanan, tiba-tiba kata ini muncul di kepala saya. Mungkin karena hujan yang turun sejak saya berangkat untuk pulang dari sebuah kunjungan. Konon, hujan bisa meresonansikan masa lalu. Hujan seolah menjadi gelombang yang menghantarkan sesuatu yang membuat hati saya bergetar. Efeknya, mata saya juga ikut-ikutan gerimis karena teringat sebuah surat.

Kalau yang ini berhubungan dengan surat yang menjadi saksi bisu atas perbuatan yang paling berani yang pernah saya lakukan seumur hidup. Halah, bahasanya tinggi sekali.

Aiih, membicarakan masa lalu sebenarnya membuat saya malu. Tapi bagaimanalah, saya sedang ingin menulis tentang surat yang membuat saya menyeret-nyeret masa lalu. Ehehe!

Surat yang ini masih saya simpan. Saya renungi setiap kali. Berulaaang-ulang saya baca agar mendapatkan pemahaman baik atas peristiwa yang sudah terjadi.  #apa sih????#

Saya jadi pengen ketemu sama penulis suratnya. Pengen ngomong banyaaak hal. Tapi kayaknya nggak mungkin. Paling juga kalau ketemu saya yang salting. Sudah ah, tambah deras mata saya nanti teringat rindu yang tak berbalas. :p

Tidak hanya sekali saya berkirim surat atau menerima surat. Sepanjang yang saya ingat, dulu waktu masih SD saya tinggal jauh dengan orang tua. Setiap kali ada kesempatan saya berkirim surat pada mereka. Saya bungkus dengan amplop air mail yang pinggirnya bergaris-garis warna merah biru. Tulisan tangan saya besar-besar sehingga membutuhkan kertas yang banyak. Di surat itu saya tulis kabar sekolah saya, juga permohonan-permohonan jika suatu hari bertemu mereka.

Jaman saya mulai SMP, saya pernah menerima surat cinta. Yang saya ingat itu kertasnya berwarna-warni, atau bergambar bunga. Berapa kali ya saya menerima?

Ada yang membekas sampai sekarang yang membuat saya merasa bersalah. Surat cinta dari kakak tingkat itu dibaca rame-rame oleh teman saya di depan kelas. Saya merasa bersalah karena mengizinkan mereka melakukannya. Alasan saya saat itu adalah karena saya tidak suka dikirimi surat cinta sama dia. Habis si kakak ini bad boy gitu, tidak di rumah tidak di sekolah. Siapa juga yang mau meruntuhkan image karena kencan sama dia. Ups! Sorry, Kakak!

Setelah itu sepertinya tidak menerima surat lagi. Eh, ada sih! Surat dari calon kampus saya untuk membayar biaya daftar ulang. Ini dulu salah satu surat yang membuat saya shock. Masalahnya saya sudah menerima pengumuman bahwa saya diterima di kampus dari jalur PMDK. Saya juga sudah melunasi biaya daftar ulang. Terus uang yang saya transfer itu nyasar kemana, pertanyaan saya dulu begitu. Ternyata setelah diusut saya belum konfirmasi ke pihak kampus. Maklum, desa tempat tinggal saya kan jauh dari koneksi internet dan jaringan telepon. -_-

Surat yang berkesan lagi apa ya? Sepertinya banyak lagi. Yang jelas saya pernah menerima surat kelulusan, pernah membuat surat lamaran kerja, surat ijin tidak masuk sekolah yang tanda tangannya dikarang sendiri, surat … surat ….

Dan ... yang saya tunggu saat ini adalah surat nikah. Eh,  


Optimizer, apa yang berkesan bagimu dari sebuah surat?

12 Juli 2014

WHERE'S YOUR NEXT DESTINATION?


Setiap hari kerja saya melewati jalan yang sama. Kalau coba saya potret lewat tulisan maka seperti ini. Ada swalayan, kampus, rumah sakit, perempatan, masjid, sekolah, stasiun, museum, hotel, apartemen, lapangan, jasa penitipan barang, lembaga bimbingan bahasa inggris, dan masih banyak yang lainnya seperti warung makan dan bengkel kecil-kecil di pinggir jalan. 


Lain waktu mungkin saya akan memotret satu persatu dari tempat-tempat yang saya lewati itu. Tapi untuk hari ini saya ingin mengabadikan kegalauan saya atas kalimat provokatif di sebuah spanduk yang ditempel di dinding pagar sebuah lembaga bimbingan belajar bahasa inggris. Kalimatnya adalah seperti ini, "WHERE'S YOUR NEXT DESTINATION?  (...) WILL TAKE YOU THERE".


Kalimat di spanduk itu memiliki makna yang tegas, "WHERE'S YOUR NEXT DESTINATION? (...) WILL TAKE YOU THERE." Tidak ada maksud apapun atau memprovokasi siapapun atau menyindir kecuali untuk mempromosikan jasa lembaganya karena dengan belajar bahasa di situ si customer akan dibantu untuk cakap berbahasa Inggris yang akan bermanfaat ketika yang bersangkutan pergi ke negara tujuannya. 


Tapi bagaimana ceritanya sehingga kalimat itu bisa memiliki makna tambahan atau konotatif bagi saya, adalah muasalnya seperti ini. Yang saya ingat, pagar tembok di gedung itu tinggi menjulang. Spanduk besarnya ditempel di situ. Tapi karena halamannya digunakan untuk parkir mobil, kalimat "(...) will take you there"nya tertutup. So, yang kelihatan hanya kalimat yang bagian awal. Itulah yang selalu terlihat dari balik helm saya setiap kali lewat jalan itu. Ditambah lagi jika jalanan sedang padat, maka saya akan pelan-pelan mengendarai motor dan jadilah saya seperti menghafal karena setiap hari membaca kalimat itu. 


Tapi saya yakin maknanya tidak akan konotatif bagi orang yang tidak berkepentingan. Alias tidak akan ada efek apa-apa jika tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Memang sih, saya saja yang sedang (merasa) disorientasi jadi sok merasa tersindir gitu dengan "where's your next destination"nya. Hehe! #curcol


Tidak apalah, ra ketang mung sepenggal kalimat, setidaknya menginspirasi buat saya. Minimal alarm di kepala saya akan berbunyi "where is? where is? where is?" kalau lewat jalan itu. Hahaha!  


Optimizer, where's your next destination?


Saya nggak mau iseng dengan menjawab "ke hatimyyyuuuuuuuuu!!" 

:D



9 Juli 2014

Tidur Lagi???


ngampil potone ya kazumaonline.blogspot.com ^^


Saat udara dingin, seperti di tempat saya pagi ini, bergelung dengan selimut di atas kasur memang menjadi salah satu pilihan yang menarik. Apalagi saat puasa begini, maunya melakukan sesuatu yang nggak terasa berat ya. Kan harus hemat energi. Walaah, segitunya. ^^

Mungkin ada yang tempat bekerjanya libur hari ini? Siapa tahu karena ini hari spesial jadi agar semua karyawan menjadi warga negara yang baik dengan menggunakan hak pilihnya di TPS terdekat. Hehe.

 

Tidur sepertinya tidak membutuhkan banyak energi. Kelihatannya berbeda dengan bersih-bersih, mencuci, menyetrika, dan sebagainya yang bisa mengundang rasa haus. Saat tidak puasa saja pasti ingin minum kalau habis mencuci lima ember. Apalagi saat puasa. Tapi btw, mencuci lima ember kalau yang dicuci hanya bajunya sendiri berarti berapa bulan nggak nyuci ya? Hehe! Emang ada?


Tapi tidur setelah sahur, bukannya pas sahur tadi sudah makan sepiring lebih ya? Bukannya organ pencernaan kita sedang bekerja berat-beratnya mengolah makanan yang tadi kita santap? Nanti pas bangun apa malah nggak kelaperan? 


Ada nih pengalaman dari rekan kerja yang tidur habis sahur. Dia bangun kesiangan. Alhasil, pas kantor buka jam delapan dia belum dateng juga. Tiba-tiba kirim pesan ke hape saya, minta maaf datang  terlambat. Setengah jam kemudian dia datang dengan ngos-ngosan. Dan untuk menyiasati biar dia telatnya nggak kelamaan, dia berangkat kerja nggak mandi dulu. Huehehe! Kerja seharian, nggak mandi, pas puasa lagi. Udah berangkat kerja kepala lagi semrawut, pasti gitu, kerjaan menumpuk. Ahahaha, emang enak! Eh,


Kalau saya, sebisa mungkin memaksa diri tidak tidur setelah sahur. Secara ilmiahnya saya kurang tahu benar sih bagaimana dampaknya, apa efeknya dan seterusnya kalau tidur setelah sahur. Tapi yang saya rasakan kalau bangun dari tidur setelah sahur, kepala saya jadi berat dan bawaannya males. Perut juga kerasa eneg gitu. Dan sepanjang hari yang saya lewati jadi uring-uringan karena dari hati nggak sreg gitu melakukan sesuatu. Saya merasa beda banget lho ketika habis sahur atau habis subuh nggak tidur. 


Ya, sebenarnya itu faktor kebiasaan kali ya. Atau mungkin beda orang beda. Ada yang justru tidak bisa ngapa-ngapain kalau habis sahur nggak tidur karena nanti siangnya akan sangat merasa ngantuk sekali. 


Optimizer, kamu tidur habis sahur? Atau baru bangun? Olala ....



8 Juli 2014

Membingkai Ramadhan "Ketika Sedang Tidak Puasa"


Waktu-waktu tidak puasa ketika orang lain berpuasa di bulan Ramadhan adalah waktu-waktu rawan. Rawan tidak mendapatkan makan siang. Hehehe. Eh, tapi ini benar lho! Banyak warung makan yang bukanya setelah asar atau agak sorean. Kalaupun ada yang buka, pekewuh juga mau beli makan siang.

Jadi saya pernah juga punya pengalaman, meskipun sedang tidak puasa, jadwal makannya ya ngikut orang yang puasa. Sarapan puagi-puagi sekali terus makan lagi nanti kalau sudah waktunya buka puasa. Bedanya saya masih bisa minum di siang hari kalau haus.

Tapi menurut saya rasa lapar ketika tidak berpuasa pada bulan puasa itu tidak seperti saat berada di luar bulan puasa. Terbawa suasana mungkin ya. Atau bisa jadi karena tidak bebas, jadi akhirnya terpaksa mengekang keinginan makan. Ya apapun lah, menurut saya yang penting jangan terlalu vulgar saja makan dengan lahap di depan mata orang yang sedang puasa. Iya memang dia sedang puasa sehingga harus menahan diri dari makan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa. Tapi kan nggak gitu-gitu banget. ^^

Ya begitulah siklusnya perempuan. Harus bolong di tengah-tengah, eh ada juga yang bolong di depan dan di belakang. Jauh dari puasa, nggak bisa ikut tarawih, nggak bisa ngaji (tilawah). Tapi karena itu given ya harus tetap disyukuri dong! Memang sih tidak dapat pahala puasa, shalat dan ngaji. Tapi ada banyak cara yang bisa kita lakukan agar di hari-hari tidak puasa tetap bisa mendapatkan peluang nambah-nambah kebaikan.

Salah satunya adalah berdo'a. Berdo'a kan tetap diperbolehkan. Jadi banyak do'a di waktu-waktu ini. Bukan cuma do'a mau makan saja lho ya!

Ya Allah, aku memohon ....
Semoga semoga semoga.... 
aamiin. ^^


Bisa juga membaca buku. Nambah-nambah ilmu kan jadi seru. Saya juga sedang (berusaha) membaca buku. Berusaha fokus itu susahnya minta ampun. Apalagi bukunya berat, dalam pengertian fisik memang bukunya lumayan tebal. Jadi nggak bisa dicangking kemana-mana. Dan dalam pengertian yang lain, berat karena bahasanya tingkat tinggi. Hehe, beda dengan ketika baca novel-novel remaja.


Banyak lagi sih sebenarnya peluang itu. Apalagi di bulan puasa yang pahalanya dilipatgandakan. So, meskipun sedang tidak puasa yuk tetap membingkai Ramadhan dengan indah.

Keep move on di bulan Ramadhan! :)

6 Juli 2014

Membingkai Ramadhan (1) "buka bersama"


Satu lagi tentang persaudaraan. Rasanya memang menyenangkan punya banyak saudara di manapun berada. Karena bagi saya, persaudaraan itu menjadi salah satu kunci yang membuka pintu pertolongan Allah saat kita dalam kesulitan. Ada saudara yang pinter otak-atik komputer, eh laptop rusak. Bisa dibawa kesana dan bisa bayar dengan harga ala 'saudara'. Hahaha. Bukan semata-mata itu sih fungsi saudara. Memangnya sodaraan kalau ada maunya aja?!

Sore tadi bertepatan dengan hari ke-8 di bulan Ramadhan 1435 H, saya dan teman-teman bisa bersilaturahim ke pesantren yatim di daerah dekat-dekat tempat tinggal kami untuk buka bersama anak yatim. Alhamdulillah. Ini sudah menjadi rencana jauh-jauh hari sejak sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Kita kan hanya geng main? Lantas darimana dapat dana untuk mengadakan uba rampe buka bersama? Teknisnya bagaimana? Aah, gampang. Pokoknya ada niat pasti ada jalan, tak ada niat seribu alasan. Hihihi, benar begitu kan?! Alhamdulillah pertolongan datang. Tentunya kami juga mencari kunci yang membuka pintu pertolongan itu.

Acaranya sih tidak besar. Pesertanya adalah anak-anak yatim yang diasuh oleh sebuah keluarga yang tinggal di daerah tersebut. Targetnya ada sekitar 50 anak. Tapi tadi yang datang,yaa...ada separo lebih.

Sayangnya saya tidak bisa hadir sejak awal karena 'ngamen' dulu baru bisa cap cus ke tempat acara. Pulang ngamen, mampir kos dulu untuk ngambil takjil. Kebetulan saya yang jadi PJ-nya. Ternyata kurmanya belum dibungkus. Mau mbungkus kurma eh plastiknya juga belum ada. Eh, ini gimana sih?! Teman saya yang lain sudah meneror, "sampai di mana, Ma?" Ya sudah, dengan kostum ngamen saya terbang ke swalayan dekat kos buat beli plastik klip. Parahnya di sana saya dikira pramuniaganya swalayan itu. Hiks! Saya pengamen, Mbak. Bukan pelayan toko sini!

Akhirnya jam 17.00, kurang sedikit, saya dan teman berangkat. Membawa sekeranjang dan satu toples besar es buah. Mantap!Agak ngeri-ngeri gimanaaa gitu melewati jembatan biru yang lebarnya hanya muat satu sepeda motor. Selain itu, sempat bingung dengan ancer-ancer yang dikasih teman yang lain.

Tapi akhirnya ketemu.

Sampailah kita di pesantren tersebut. Saya hanya kebagian sedikit acara karena sebentar lagi berkumandang adzan maghrib. Tidak apa, yang penting perbaki niat saja. Lebih dari itu, saya juga bersyukur bisa berbagi dengan sesama manusia dan saling menolong dalam kebaikan.

Semoga dibukakan pintu rejeki yang lain agar makin banyak berbagi dengan yang lain.

Keep move on di bulan Ramadhan. :)




4 Juli 2014

Indahnya ....


Ada yang membuat hati bergetar saat bertemu dengan seseorang yang kita kenal cukup dekat pada waktu yang lampau setelah sekian lama tidak bersua dan tidak berkabar.

Saya merasakannya. Begitu indah rasanya persaudaraan meskipun sebenarnya kita saling terpisah jarak dan oleh rutinitas masing-masing. Melihat Mbak ini tersenyum lebar menyapa saya setelah mengikuti sebuah acara, adeeem sekali rasanya. Atau tiba-tiba Mbak itu nyolek saya dari belakang sambil bilang, "aduuh, cantiknya sekarang.", hati saya jadi membuncah. Bukan karena pujiannya saja kalau saya berterimakasih. Tapi saya lebih bersyukur lagi karena masih merasakan punya saudara di belahan bumi yang asing menurut saya. Ini yang membuat saya berderai dalam perjalanan pulang. Ya Allah, terimakasih saya masih punya saudaraaaa!!!!  :D

Itukah salah satu keindahan dan kenikmatan silaturahim?

Hem, bisa jadi.

Namun, saya pernah malu untuk berkunjung ke rumah seorang kenalan hanya karena tidak membawa buah tangan. Naif sekali ya?! Apakah saudara kita mengharapkan kedatangan kita hanya karena tentengan yang kita bawa. Ya ampuun, nilai persaudaraan ternyata lebih dari sekedar itu.

Eh, tapi ada juga yang agak sedikit nyesek dari silaturahim.

Ceritanya sih saya memang agak setengah hati mengunjungi saudara saya yang satu ini. Di tengah perjalanan saya diguyur hujan deras. Akhirnya numpang ngiyup di emperan rumah orang sembari membayangkan rute yang harus saya lewati untuk menuju rumahnya pada waktu hujan deras, ya...tidak terbayang karena belum pernah. Tapi saya mengira-ira pasti jadi pengalaman seru.

Dan ternyata memang seru. Motor saya sempat macet di tanjakan karena jalannya rusak. Syukurlah ada seorang bapak lewat dan membantu saya. Dan beberapa hari setelah itu motor saya harus ke bengkel karena dop-nya jebol karena dipaksa naik di tanjakan yang rusak tadi.

Kembali pada bertemu seseorang setelah lama tidak bersua. Pasti menemukan kesan-kesan yang berbeda setelahnya. Seperti misalnya kakak saya tadi yang bilang, "aduuh, cantiknya sekarang". Saya juga merasakan hal yang sama untuk kakak saya yang satu itu.

Yaah, apapun yang saya dapatkan dari bertemu saudara-saudara saya, rasanya layak untuk direnungi dan disyukuri.