Optimizer, saya sedang ingin menulis
sesuatu yang romantis. Sedikit bernostalgia, merindukan sesuatu yang sudah
tidak ada sekarang, mengenang kenangan manis pada masa silam. Saya ingin
mengucapkan terimakasih pada mereka yang sudah membuat saya memiliki
kenang-kenangan manis itu. Sesuatu yang tidak mudah dilupakan, yang membuat
hati saya buncah setiap kali mengenangnya.
Menurut KBBI semacam ini pengertian
romantis, romantis
a
bersifat
spt dl cerita roman (percintaan); bersifat mesra; mengasyikkan.
Ya, tulisan saya ini tidak jauh dari
pengertian itu. kisah yang mengasyikkan dari sudut pandang saya bersama
orang-orang yang saya sayangi. Jika Optimizer punya kisah romantis sendiri,
mengapa tidak ditulis? Barangkali saya bisa membacanya berulang-kali. Mungkin
saja kisah saya masih kurang romantis dibanding punya Optimizer, siapa tahu?
:)
:)
Cinta Pertama Dan Terakhir
Saya selalu suka momen ngobrol berdua
dengan ibu. Benar-benar berdua saja. Waktu itu saya sedang libur sehingga bisa
pulang dan membantu ibu membungkusi es lilin. Kalau sedang berdua dengan ibu,
yang saya suka adalah cerita cinta masa mudanya. Ciee! Cerita cinta kan bukan
cuma milik mereka para muda. Ibu saya juga punya. Haha! Lagipula ibu saya juga
belum tua-tua amat kok. :p
Ngobrol berdua dengan ibu bagi saya
mengasyikkan. Saya bisa cerita kemana-mana. Kapan pertama saya dapat surat
cinta, kapan saya pertama kali ditembak cowok, siapa saja cowok yang pernah
nembak saya (hehe), tipe laki-laki seperti apa yang saya sukai dan tidak saya
sukai, impian saya tentang masa depan, cita-cita, se-mu-a-nya.
Biasanya ibu saya juga akan gantian cerita,
kemana-mana. Nah, seperti yang saya sebutkan tadi, yang paling saya suka adalah
cerita cinta ibu saya. Bagaimana ibu menemukan cinta pertama dan terakhirnya
(Bapak saya). Dan heroisme Bapak sewaktu melamar ibu untuk jadi istrinya. Aih, saya
juga ingin seperti ibu. Mencintai satu laki-laki, mendampingi dalam suka dan
duka, menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Juga menjadi cinta pertama
dan terakhirnya. (Sst! Saya bangga ibu saya dulunya nggak pacaran macam anak
muda jaman sekarang).
Lalu setelah cerita kemana-mana kami
selesai, biasanya ibu akan bilang begini “nah, kan seperti itu buruk”, “makanya
nggak usah begini begitu”, dan seterusnya. Mengambil pelajaran dari
cerita-cerita itu.
Ujung-ujungnya kami kelaparan, dan saya menunggu ibu saya meracik sambel yang tidak ada bandingannya di dunia. Hahaha! Lebay!
Ujung-ujungnya kami kelaparan, dan saya menunggu ibu saya meracik sambel yang tidak ada bandingannya di dunia. Hahaha! Lebay!
Ya, kalo cewek memang lebih deket dengan ibunya.. Apalagi soal ginian.. kalo cerita romantis aku belum punya kayaknya.. ^^
BalasHapusBiasanya sih iya. Tapi belum tentu juga lho cewek sama ibunya itu bisa deket. Contoh kecil saja adikku, nggak bakalan dia mau cerita sama ibu 'soal ginian' itu. :)
BalasHapusAyo dong cerita, Wahyu. Ih, nggak romantis amat. :p