17 Juli 2014

SURAT


Pertama yang terbayang dalam benak saya ketika membicarakan kata “SURAT” adalah amplop. Ya, rasanya amplop dan surat adalah dua hal yang sangat berkaitan. Satu melengkapi yang lain.

Surat akan terasa janggal jika tidak dibungkus amplop, meskipun saat ini ada surat yang tidak dibungkus amplop. Ada kan? Surat kabar misalnya. Memang pengertian surat ini luas sekali, yang kalau saya simpulkan surat adalah salah satu alat komunikasi yang tertulis untuk menyampaikan pesan pada pihak tertentu. Dan seperti yang kita ketahui, sekarang ini untuk berkirim surat tidak perlu dibungkus amplop karena ada yang namanya surat elektronik (surel).

Sewaktu dalam perjalanan, tiba-tiba kata ini muncul di kepala saya. Mungkin karena hujan yang turun sejak saya berangkat untuk pulang dari sebuah kunjungan. Konon, hujan bisa meresonansikan masa lalu. Hujan seolah menjadi gelombang yang menghantarkan sesuatu yang membuat hati saya bergetar. Efeknya, mata saya juga ikut-ikutan gerimis karena teringat sebuah surat.

Kalau yang ini berhubungan dengan surat yang menjadi saksi bisu atas perbuatan yang paling berani yang pernah saya lakukan seumur hidup. Halah, bahasanya tinggi sekali.

Aiih, membicarakan masa lalu sebenarnya membuat saya malu. Tapi bagaimanalah, saya sedang ingin menulis tentang surat yang membuat saya menyeret-nyeret masa lalu. Ehehe!

Surat yang ini masih saya simpan. Saya renungi setiap kali. Berulaaang-ulang saya baca agar mendapatkan pemahaman baik atas peristiwa yang sudah terjadi.  #apa sih????#

Saya jadi pengen ketemu sama penulis suratnya. Pengen ngomong banyaaak hal. Tapi kayaknya nggak mungkin. Paling juga kalau ketemu saya yang salting. Sudah ah, tambah deras mata saya nanti teringat rindu yang tak berbalas. :p

Tidak hanya sekali saya berkirim surat atau menerima surat. Sepanjang yang saya ingat, dulu waktu masih SD saya tinggal jauh dengan orang tua. Setiap kali ada kesempatan saya berkirim surat pada mereka. Saya bungkus dengan amplop air mail yang pinggirnya bergaris-garis warna merah biru. Tulisan tangan saya besar-besar sehingga membutuhkan kertas yang banyak. Di surat itu saya tulis kabar sekolah saya, juga permohonan-permohonan jika suatu hari bertemu mereka.

Jaman saya mulai SMP, saya pernah menerima surat cinta. Yang saya ingat itu kertasnya berwarna-warni, atau bergambar bunga. Berapa kali ya saya menerima?

Ada yang membekas sampai sekarang yang membuat saya merasa bersalah. Surat cinta dari kakak tingkat itu dibaca rame-rame oleh teman saya di depan kelas. Saya merasa bersalah karena mengizinkan mereka melakukannya. Alasan saya saat itu adalah karena saya tidak suka dikirimi surat cinta sama dia. Habis si kakak ini bad boy gitu, tidak di rumah tidak di sekolah. Siapa juga yang mau meruntuhkan image karena kencan sama dia. Ups! Sorry, Kakak!

Setelah itu sepertinya tidak menerima surat lagi. Eh, ada sih! Surat dari calon kampus saya untuk membayar biaya daftar ulang. Ini dulu salah satu surat yang membuat saya shock. Masalahnya saya sudah menerima pengumuman bahwa saya diterima di kampus dari jalur PMDK. Saya juga sudah melunasi biaya daftar ulang. Terus uang yang saya transfer itu nyasar kemana, pertanyaan saya dulu begitu. Ternyata setelah diusut saya belum konfirmasi ke pihak kampus. Maklum, desa tempat tinggal saya kan jauh dari koneksi internet dan jaringan telepon. -_-

Surat yang berkesan lagi apa ya? Sepertinya banyak lagi. Yang jelas saya pernah menerima surat kelulusan, pernah membuat surat lamaran kerja, surat ijin tidak masuk sekolah yang tanda tangannya dikarang sendiri, surat … surat ….

Dan ... yang saya tunggu saat ini adalah surat nikah. Eh,  


Optimizer, apa yang berkesan bagimu dari sebuah surat?

4 komentar:

  1. Surat surat cintanya dulu masih disimpan ya ? :)

    Kalau aku senang nulis dan ngirim postcard nih, nulis surat sudah jarang, penggantinya kartu pos :)

    BalasHapus
  2. Nggak Mbak El, surat-surat itu udah raib semua. Tinggal cintanya aja yg disimpen. #Lho?

    Gitu ya, Mbak. E iya, kan Mbak lagi bagi2 postcard, ikutan aaahh!! :D

    BalasHapus
  3. Aku lagi kirim surat buat Abang ku.. Semoga dia senang nerima dan baca suratnya. Heheh.. :P

    BalasHapus
  4. Apa tu isinya, Mbak Beby?? *kepo tingkat dewa :D

    Iya, semoga. :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)