4 Juli 2014

Indahnya ....


Ada yang membuat hati bergetar saat bertemu dengan seseorang yang kita kenal cukup dekat pada waktu yang lampau setelah sekian lama tidak bersua dan tidak berkabar.

Saya merasakannya. Begitu indah rasanya persaudaraan meskipun sebenarnya kita saling terpisah jarak dan oleh rutinitas masing-masing. Melihat Mbak ini tersenyum lebar menyapa saya setelah mengikuti sebuah acara, adeeem sekali rasanya. Atau tiba-tiba Mbak itu nyolek saya dari belakang sambil bilang, "aduuh, cantiknya sekarang.", hati saya jadi membuncah. Bukan karena pujiannya saja kalau saya berterimakasih. Tapi saya lebih bersyukur lagi karena masih merasakan punya saudara di belahan bumi yang asing menurut saya. Ini yang membuat saya berderai dalam perjalanan pulang. Ya Allah, terimakasih saya masih punya saudaraaaa!!!!  :D

Itukah salah satu keindahan dan kenikmatan silaturahim?

Hem, bisa jadi.

Namun, saya pernah malu untuk berkunjung ke rumah seorang kenalan hanya karena tidak membawa buah tangan. Naif sekali ya?! Apakah saudara kita mengharapkan kedatangan kita hanya karena tentengan yang kita bawa. Ya ampuun, nilai persaudaraan ternyata lebih dari sekedar itu.

Eh, tapi ada juga yang agak sedikit nyesek dari silaturahim.

Ceritanya sih saya memang agak setengah hati mengunjungi saudara saya yang satu ini. Di tengah perjalanan saya diguyur hujan deras. Akhirnya numpang ngiyup di emperan rumah orang sembari membayangkan rute yang harus saya lewati untuk menuju rumahnya pada waktu hujan deras, ya...tidak terbayang karena belum pernah. Tapi saya mengira-ira pasti jadi pengalaman seru.

Dan ternyata memang seru. Motor saya sempat macet di tanjakan karena jalannya rusak. Syukurlah ada seorang bapak lewat dan membantu saya. Dan beberapa hari setelah itu motor saya harus ke bengkel karena dop-nya jebol karena dipaksa naik di tanjakan yang rusak tadi.

Kembali pada bertemu seseorang setelah lama tidak bersua. Pasti menemukan kesan-kesan yang berbeda setelahnya. Seperti misalnya kakak saya tadi yang bilang, "aduuh, cantiknya sekarang". Saya juga merasakan hal yang sama untuk kakak saya yang satu itu.

Yaah, apapun yang saya dapatkan dari bertemu saudara-saudara saya, rasanya layak untuk direnungi dan disyukuri.



4 komentar:

  1. Aku juga pernah kok merasakan malu ketemu teman lama karena nggak bawa oleh oleh :)

    BalasHapus
  2. Iya, Mbak El. Padahal asalkan tulus oleh-oleh kecil pun akan bernilai tinggi kan ya. Kayak jepit rambut misalnya. Ehehe.

    Terimakasih kunjungannya, Mbak. :)

    BalasHapus
  3. orang lain bisa jadi sodara,tapi sodara sendiripun bisa jadi musuh,hal ini banyak terjadi lho hehe.............

    BalasHapus
  4. Benar juga, Mas Dede. Itu juga yg dialami ibu saya. Mbaknya alias bu dhe saya, nggak mau lagi diajak seduluran 'sodaraan' karena salah paham. Pas ada pesta sunatan anaknya, keluarga adiknya sama sekali nggak dikasih kabar, nggak diundang. Padahal 1 desa, beda rt doang. Sedih ya.
    Terimakasih sdh mampir, Mas Dede. :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)