23 Juli 2014

Nasionalisme Kecil di Rumah Kita


Ngomongin nasionalisme sepertinya topik yang berat. Ah, masa sih?

Ini cuma sekelumit kisah nasionalisme kecil di rumah saya. Terinspirasi dari membaca komentar  teman-teman di dunia maya terkait dengan pengumuman hasil pilpres tanggal 22 Juli 2014.

Komisi pemilu sudah menetapkan hasil pilpres. Terlepas dari siapapun yang terpilih dan hiruk pikuk yang melingkupinya. Yang dongkol maupun yang legowo, kita tetap bangsa Indonesia.

Cie, rasanya ada yang bergetar gitu kalau ada yang bilang kita tetap endonesah. Iya kan?

Sebagai warga negara yang baik, kita harus mencintai bangsa dan negara sendiri sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, yang diwujudkan dalam berbagai aksi nyata.

Kalau yang ini adalah aksi nyata kami selaku wong cilik, bagian kecil dari republik bernama INDONESIA.

Saya jadi teringat gambar presiden pertama kita yang sekaligus founding father negara Republik Indonesia.

Waktu saya belum belajar sejarah, saya bertanya-tanya gambar siapakah yang dipajang bapak di dinding rumah kami. Ya saya bisa membaca tulisan Ir. Soekarno di bagian bawah gambar tersebut. Akan tetapi siapa, apa dan bagaimana peran seseorang dalam foto itu dan hubungannya dengan keluarga kami sehingga bapak memajang gambar itu yang artinya memiliki kekhasan sendiri dan dianggap berarti, itu yang saya belum tahu.

Lambat laun saya mengenal siapa Ir. Soekarno. Ya sebatas penjelasan dalam buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah dasar. Tapi saya bangga, ternyata foto dalam lembaran itu adalah seorang bapak presiden. Secara, rumah saya yang jauh di pelosok ujung dunia ini memiliki potret bapak presiden yang disegani. Bangga kan? Padahal juga sebatas itu tahunya. ^^

Gambar hitam putih yang Bapak dapatkan entah dari mana itu seringkali dibongkar pasang. Kalau rumah sedang renovasi, kebetulan mengalami beberapa kali renovasi, foto itu dilepas lalu dipasang lagi. Berkali-kali. Gambar itu hingga usang, ibarat batu dia keropos. Pinggir-pinggir kertasnya sudah mrotholi. Tapi bagaimanapun bentuknya, gambar itu tetap dipasang sama bapak. Sampai … entah kapan terakhir gambar itu nempel di dinding rumah kami.

Ya, itulah sekelumit kisah nasionalisme kecil dalam rumah kami.

Kini di dinding rumah saya tidak ada gambar siapa-siapa. Tidak presiden, tidak juga foto keluarga. Cukup hanya jam dinding klasik yang  berbunyi cetak-cetok. Tapi bukan berarti kami tidak mencintai bangsa dan negara. Kan cinta bangsa dan negara tidak hanya bisa diwujudkan dengan tindakan memasang gambar presiden.

^^

Optimizer, dinding rumah kamu apa dipajangi foto presiden?


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)