9 Oktober 2012

Tidak Menyapamu Sampai Batas Waktu Yang Tidak Ditentukan


Saya sedang banyak ide malam ini. Sampai-sampai belum berganti berkostum saya lakoni. Haha … tidak apa-apa. Mumpung saya masih punya kata-kata yang bisa dituliskan.

Tidak menyapamu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, kalimat ini saya copas dari wall teman. Kebetulan saja, sebelumnya saya juga sempat ngobrol dengan adik perkara sapa-menyapa.

Ada tetangga saya, bahkan saudara dekat, yang tidak mau menyapa keluarga kami. Sudah sejak lama. Perkaranya karena dia salah paham saja. Miss communication. Akan tetapi dia tidak mau tabayun dan keburu mutung ketika keluarga saya mau menjelaskan duduk perkaranya. Sampai sekarang tidak mau menyapa. Sapaan kami, senyum kami, dia tidak mau meliriknya sama sekali. Bagaimanapun kami tetap berusaha tersenyum karena sapa dan senyum kami tidak berbayar. Dia dan keluarganya memutuskan secara sepihak Tidak menyapamu sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Aduh, jadi banyak pertanyaan yang ingin saya lontarkan ke orangnya secara langsung ~ andai saja dia tidak selalu membuang muka jika ketemu. Kadang-kadang dia juga sedikit keterlaluan, tidak menyapa, tidak tersenyum, bahkan mengajak tetangga yang lain untuk tidak menyapa dan menyenyumi keluarga saya. Aduh duh duh duh! Bahkan anaknya yang paling kecil dilarang larang untuk tandang ke rumah saya, untuk makan di rumah saya, untuk menyapa ibu saya yang notabene adalah buliknya. Ckckckckck! Astaghfirullah. Saya makin tidak mengerti saja.

Saya cuma mau tanya, prinsip ini, di sisi manakah kebenarannya? Bukankah lebih baik menyampaikan maksud hari kita kepada orang lain agar orang lain bisa memahami kita dan kita bisa memahami orang lain? Bukankah kita juga bisa mengusahakan untuk menjadi manusia yang berlapang dada? Bukankah ... bukankah ... bukankah .... 

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)