Ini bukan judul roman picisan. Juga bukan judul FTV
ataupun drama melankolis. Saya hanya sedikit membuka catatan lama. Baguslah kalau
nanti bisa memberi inspirasi. Tsk, padahal saya bukan motivator macam Pak Mario
Teguh.
Saat menulis ini saya teringat perjalanan hari Minggu
kemarin. Ehm, di atas motor berkecepatan 70 km/jam, tiba-tiba teman seperjalanan
saya bicara, yang terdengar di telinga saya begini, “Sorry ya Ndut, tahu nggak kamu kuajak jalan-jalan karena apa? Karena
aku lagi pengen refreshing. Kamu pasti nggak akan percaya, aku lagi suntuk
gara-gara aku cemburu sama seseorang!”
Motor saya pelankan. Saya beri kesempatan Ping, teman
saya itu, untuk mengoceh semau yang dia suka. Biar semua kejengkelan di hatinya
dia keluarkan. Karena bagi saya, enaknya orang curhat itu ya didengerin. Hem,
mengalirlah semua cerita. Dari Matesih sampai Cemoro Sewu. Bisa kebayang kan
panjangnya kalau di tulis? Tunggu dulu, lanjutannya masih panjang sampai
berjam-jam nungguin penjual bakso di Cemoro Sewu sana, sampai turun ke Pasar
Tawangmangu, sampai sejaman di atas jembatan penyeberangan depan terminal
Tawangmangu, sampai menunggu hujan reda di warung makan. Intinya tentang
perasaan.
Iya deh, iya. Saya mengerti apa yang kamu rasakan kok, Ping.
Bukan berarti saya tidak pernah merasakannya. Justru karena saya pernah tahu
rasanya sehingga saya mau menjadi pendengar yang baik untukmu. Ceile, kalau dia
membaca tulisan ini, paling dia cengar-cengir. Kalau nggak, berarti saya
bersiap kena bogem mentah. Hihi! Ping, izinkan kisahmu kutulis biar
menginspirasi banyak orang.
Kembali ke roman picisan dalam catatan lama.
Saya masih punya catatannya di diary yang bertumpuk di
sudut kamar. Hal buruk? Bukan. Saya mengaguminya, sama seperti anak-anak muda
di belahan bumi yang lain ketika mereka mulai beranjak dewasa dan menyukai
lawan jenisnya. Maka mengalirlah semua tentang sosoknya. Lazuardi. Kadang biru,
kadang mendung, kadang panas, kadang hujan, kadang berawan. Ya begitulah
warna-warnanya, menghiasi lembar-lembar kehidupan saya dan diary kesayangan
saya.
Jadi kalau Ping tadi bilang sedang cemburu, ya pastinya
saya juga pernah merasakan bagaimana pahitnya ketika Lazuardi digandeng
beberapa teman-teman perempuan saya yang jauh lebih innocent daripada saya. Meskipun yang saya tahu Lazuardi bukan tipe
orang yang suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Lagipula bukan salah
Lazuardi kalau dia popular. Hehe!
Tapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya
pengetahuan saya, tentunya nggak boleh dong saya terlalu lebay dan mencari-cari
alasan agar saya selalu memikirkan Lazuardi. Hidup saya kan sangat berarti,
buat apa berkutat pada orang yang saya saja tidak tahu apakah dia pernah
memikirkan saya? Tsk!
Untungnya saja, di ujung cerita Ping selama perjalanan
hari itu, dia sudah menemukan pencerahan sebelum saya cerita tentang Lazuardi.
“Tapi Ndut, kata seniorku gini, buat apa Ping kamu
memikirkan orang nggak jelas kayak gitu? Kamu terlalu istimewa untuk orang
seperti dia.”
Saya senang Ping mendapatkan pencerahan akhirnya. Paling tidak
dia berpikir dua kali untuk patah hati dan melakukan hal-hal konyol dalam
hidupnya. Saya juga bersyukur pada akhirnya saya tidak lagi berkutat pada
Lazuardi.
Dari sini saya berpikir kalau-kalau saya bisa membantu
teman-teman saya yang seringkali mengalami hal yang sama, bahkan lebih parah. Miris
rasanya ketika mendengar semacam ini, Awan kan sekarang tidak lagi beramanah
karena kasus VMJ. Ada juga, tahu nggak sih Samudera sekarang mengundurkan diri
dari organisasi karena skandal dengan bawahannya. Lho, kamu nggak tahu kalau
Azzura, Surya, Bulan, Rose, Jasmine, Bayu, Bintang, dan lain-lain itu juga
terjerat kasus serupa? Astaghfirullah. Jadi sedih. Semoga saja mereka
mendapatkan pencerahan seperti yang saya dan Ping dapatkan.
Pada akhirnya Ping mengirimi saya pesan pada malam
harinya. “Minta do’a terbaiknya ya, Ndut. Biar sama Allah juga dikasih yang
terbaik.”
Iya Ping, Allah Sang Pemilik dan Pencipta. Rabb tempat
kita meminta apa saja. Yang Maha membolak-balikkan hati kita. Bukankah Dia
sudah berjanji untuk memasangkan orang baik dengan orang baik? Tugas kita Ping
untuk memperbaiki diri. Keep istiqomah! Maka dalam ukuran kita, rasanya lebih
adil kalau kita memperbaiki diri sebelum kita meminta dari-Nya sesuatu yang
baik.
Setelah ini, mungkin saya akan sangat jarang bertemu
dengan Ping dan berbagi cerita lagi dengannya. Namun, semoga saja kebaikan
selalu menyertai kita. Dan setelah ini, kita tidak lagi disibukkan dengan nama
seseorang yang terukir di sudut hati.
Ping, terimakasih cerita dan inspirasinya. J
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)