Monster seringkali
diasosiasikan dengan hal-hal yang menakutkan. Selain monster, istilah yang
diserupakan dengan sesuatu yang menakutkan adalah ‘hantu’. Jadi sebenarnya saya
bisa saja memberi judul tulisan ini dengan skripsi yang jadi hantu, atau
skripsi yang menghantui. Ah, tapi terlalu serem bukan kesannya? Tidak akan saya
lakukan kalau begitu. Pada kenyataannya, skripsi bukanlah hal yang menakutkan.
Masa iya sih?
Kalau
dipikir-pikir iya juga ya.
Nah lho? Kok yang nulis
sendiri masih ragu-ragu?
Masalahnya saya juga
sempat dan pernah memikirkan, bahkan mungkin sekarang masih menganggap, skripsi
itu adalah momok ~ tujuan saya menulis ini sebenarnya adalah untuk berbagi agar
ketakutan saya terhadap skripsi itu bisa terkurangi.
Memang skripsi
semenakutkan apa?
Bagi yang belum pernah
menyusun skripsi, pertanyaan ini untuk menjawab rasa ingin tahu. Bagi yang
sudah mengalami dan dulu fine-fine saja, pertanyaan ini sekedar untuk
menggelitik para pelaku eh, penyusun skripsi. Bagi yang mengalami seperti saya,
ikut mengamini apa yang saya tulis. Begitu?
Tidak, tidak sengeri itu.
Dari pengalaman saya pribadi, ketakutan itu hanya dihasilkan oleh prasangka
saya akan hal-hal yang belum saya lakukan. Hal-hal yang belum saya lakukan
tersebut terus saya pikirkan dan saya membuat alasan yang berupa
prasangka-prasangka yang membenarkan bahwa ketakutan saya itu akan terjadi.
Jadi saya merasa benar-benar takut itu akan terjadi. Berarti jika saya tidak
memikirkan bahwa skripsi itu menakutkan dan saya berhenti berprasangka ~ saya
lakukan saja apa yang harus saya lakukan ~ maka skripsi jadi tidak menakutkan!
Sebenarnya memang tidak
ada yang perlu saya takutkan. Dosen pembimbing saya baik, mudah ditemui,
kooperatif. Saya tidak perlu takut apa-apa, sungguh. Tapi seringkali saya
membuat prasangka sendiri, mencari-cari alasan sendiri.
Memang pernah dalam
prosesnya, saya mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan. Sebut saja ketika
dalam satu bulan saya harus bolak-balik ke dinas di kabupaten yang jaraknya
tempuhnya empat jam pulang pergi, tanpa hasil apapun. Bahkan saya disana di-underestimate habis-habisan oleh dokter yang tidak
menerima desain penelitian saya ~ yang menurut saya sedikit arogan. Saya juga
harus naik turun gunung untuk menemui informan saya yang tersebar di desa-desa.
Tapi ternyata kalau semua itu dijalani, sekarang sudah selesai. Bayangkan kalau
saya hanya membayangkan hal-hal tersebut. Bayangkan kalau saya hanya
berprasangka dan membuat skenario sendiri. Hem, barangkali bisa menjadi seratus
kali lebih seram dari kenyataan. Tapi, Allah berjanji kok bahwa bersama
kesulitan ada kemudahan. Saya pernah mengalaminya. Bersama kesulitan ada
kemudahan.
Ya memang, skripsi bisa
jadi monster kalau hanya dibayangkan dan membuat prasangka-prasangka tanpa mau
mencoba untuk menjalani tahap-tahapnya. Lebih baik dikerjakan setahap demi
setahap agar terasa lebih ringan ~ jika itu dianggap berat. Kerjakan dulu
pelan-pelan. Karena saya tidak ingin pengalaman pahit saya ikut Anda rasakan.
Hehehe!
Skripsi tidak seharusnya
jadi monster. Bahkan saya punya nama yang manis lho biar nggak terlihat makin
serem. Nama lain yang lebih manis itu adalah SWEETSKRIPSI. So sweet kan?!
Selamat berjuang untuk
teman-teman yang sedang menyusun skripsi. Daebak!
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)