9 Oktober 2012

Skripsi Jadi Monster


Monster seringkali diasosiasikan dengan hal-hal yang menakutkan. Selain monster, istilah yang diserupakan dengan sesuatu yang menakutkan adalah ‘hantu’. Jadi sebenarnya saya bisa saja memberi judul tulisan ini dengan skripsi yang jadi hantu, atau skripsi yang menghantui. Ah, tapi terlalu serem bukan kesannya? Tidak akan saya lakukan kalau begitu. Pada kenyataannya, skripsi bukanlah hal yang menakutkan.

Masa iya sih?

Kalau dipikir-pikir iya juga ya.

Nah lho? Kok yang nulis sendiri masih ragu-ragu?

Masalahnya saya juga sempat dan pernah memikirkan, bahkan mungkin sekarang masih menganggap, skripsi itu adalah momok ~ tujuan saya menulis ini sebenarnya adalah untuk berbagi agar ketakutan saya terhadap skripsi itu bisa terkurangi.

Memang skripsi semenakutkan apa?

Bagi yang belum pernah menyusun skripsi, pertanyaan ini untuk menjawab rasa ingin tahu. Bagi yang sudah mengalami dan dulu fine-fine saja, pertanyaan ini sekedar untuk menggelitik para pelaku eh, penyusun skripsi. Bagi yang mengalami seperti saya, ikut mengamini apa yang saya tulis. Begitu?

Tidak, tidak sengeri itu. Dari pengalaman saya pribadi, ketakutan itu hanya dihasilkan oleh prasangka saya akan hal-hal yang belum saya lakukan. Hal-hal yang belum saya lakukan tersebut terus saya pikirkan dan saya membuat alasan yang berupa prasangka-prasangka yang membenarkan bahwa ketakutan saya itu akan terjadi. Jadi saya merasa benar-benar takut itu akan terjadi. Berarti jika saya tidak memikirkan bahwa skripsi itu menakutkan dan saya berhenti berprasangka ~ saya lakukan saja apa yang harus saya lakukan ~ maka skripsi jadi tidak menakutkan!

Sebenarnya memang tidak ada yang perlu saya takutkan. Dosen pembimbing saya baik, mudah ditemui, kooperatif. Saya tidak perlu takut apa-apa, sungguh. Tapi seringkali saya membuat prasangka sendiri, mencari-cari alasan sendiri.

Memang pernah dalam prosesnya, saya mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan. Sebut saja ketika dalam satu bulan saya harus bolak-balik ke dinas di kabupaten yang jaraknya tempuhnya empat jam pulang pergi, tanpa hasil apapun. Bahkan saya disana di-underestimate habis-habisan oleh dokter yang tidak menerima desain penelitian saya ~ yang menurut saya sedikit arogan. Saya juga harus naik turun gunung untuk menemui informan saya yang tersebar di desa-desa. Tapi ternyata kalau semua itu dijalani, sekarang sudah selesai. Bayangkan kalau saya hanya membayangkan hal-hal tersebut. Bayangkan kalau saya hanya berprasangka dan membuat skenario sendiri. Hem, barangkali bisa menjadi seratus kali lebih seram dari kenyataan. Tapi, Allah berjanji kok bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Saya pernah mengalaminya. Bersama kesulitan ada kemudahan.

Ya memang, skripsi bisa jadi monster kalau hanya dibayangkan dan membuat prasangka-prasangka tanpa mau mencoba untuk menjalani tahap-tahapnya. Lebih baik dikerjakan setahap demi setahap agar terasa lebih ringan ~ jika itu dianggap berat. Kerjakan dulu pelan-pelan. Karena saya tidak ingin pengalaman pahit saya ikut Anda rasakan. Hehehe!

Skripsi tidak seharusnya jadi monster. Bahkan saya punya nama yang manis lho biar nggak terlihat makin serem. Nama lain yang lebih manis itu adalah SWEETSKRIPSI. So sweet kan?!

Selamat berjuang untuk teman-teman yang sedang menyusun skripsi. Daebak!

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)