13 September 2012

Risma, Karisma dan Harapan

Ini pembicaraan kami yang kesekian tentang perjalanan dakwah di sekolah dan alumni Risma. Pembicaraan yang ujung-ujungnya hanya menghasilkan kegalauan dan pertanyaan 'apa yang bisa kita bantu?' hanya terjawab dengan 'kita bantu dengan doa'. Menyedihkan bukan?


Sejak menjadi alumni Risma, saya baru tiga kali (yang ingat) bertandang ke pertemuan alumni yang rutin diadakan pada bulan Syawal (H+5 Idul Fitri versi pemerintah). Itu pun karena ajakan 'paksaan' teman-teman akhwat yang dulu satu perjuangan berada di Risma. Kini mereka yang sering mengajak saya sudah memiliki kondisi yang berbeda (yang satu sudah menikah dan dalam keadaan hamil sehingga tidak memungkinkan untuk terlalu moving sedangkan yang satu lagi terjebak pada profesinya yang menuntut dia hadir selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu). Bayangkan, dia sudah hampir tidak bisa ditemui. Dan tanpa mereka, saya terlalu minder untuk berhadapan dengan para junior dan senior yang hadir dalam pertemuan itu. Sebenarnya bukan ditekankan pada mindernya, tapi lebih pada males nggak punya temen yang nyambung kalau pas pertemuan sehingga terkesan seperti bolang *bocah ilang*.


Kembali kepada kegalauan yang sering tidak terjawab itu. Sebenarnya baru saja  saya membaca note Karisma tiga tahun yang lalu (2009) yang isinya bahwa di Pacitan sendiri ada Karisma ikhwan yang akan mengadakan pertemuan rutin untuk menghubungkan Karisma yang di luar Pacitan dengan adik-adik Risma yang ada di Pacitan. Namun itu tidak pernah saya temui. Selaku alumni yang ada di luar Pacitan, saya tidak pernah menerima informasi apapun dari Karisma yang sering mengadakan pertemuan rutin di Pacitan itu. Atau jangan-jangan mereka sudah tidak rutin pertemuan lagi? Ah, semoga saja tidak. Semoga saja saya yang ketinggalan informasi sehingga tidak pernah tahu.

Lalu kegalauan kami berlanjut pada pertanyaan 'apa yang bisa kita berikan?'. Posisi kami saat ini berjarak jauh dengan sekretariat Karisma. Dan kami di sini dengan amanah kami yang juga tidak terbilang sedikit. Lagi-lagi itu juga belum terjawab. Teman saya kemudian berjanji akan menghubungi mahasiswa yang ada di Surabaya. Mengajak mereka untuk diskusi dan menyumbangkan pemikirannya untuk Risma. Saya  ingin sekali mengaktifkan forum IMMP.  Menggagas lagi kegiatan seperti kegiatan TMB sembilan bulan yang lalu. Pertanyaannya, Mungkinkah?

Entahlah, semoga yang sedikit ini setidaknya bisa menambah perbaikan ke depan. Karena berdasarakan kabar dari teman saya yang kemarin ikut halal bihalal, bahwasanya adik-adik pengurus Risma masih bersemangat untuk menuntut ilmu dalam forum-forum lingkaran kecil. Syukurlah. Dengan 'sisa-sisa' semangat itu, dan juga semangat kami yang se-visi, semoga bisa bangkit kembali masa-masa gemilang itu.

Harapan itu masih ada, bukan?

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)