30 Juli 2012

Warna-warni Ramadhan dari kampungku (Bag. I)

Bulan ini adalah bulan special. Bukan hanya karena Ramadhan itu bulan yang penuh berkah dan kemuliaan, tapi karena bulan ini juga banyak momen spesial yang hanya bisa dirasakan, dicicipi dan diperolah pas bulan ini saja.

Menggali kenangan tentang Ramadhan dan special moment-nya pada masa lalu, bikin meringis dan sedikit miris. Namun ada juga yang tak terlupakan, bahkan masih ada sampai jaman sekarang. Nah, sedikit berbagi, inilah warna-warni ramadhanku dari kampung. Simak!

Tarawih kilat
Namanya kilat pasti datangnya cepat dan perginya pun cepat. Secepat kilat! Nah lho, kalimat untuk melukiskan ‘betapa cepatnya’ saja menggunakan kilat. Ini juga yang terjadi dengan shalat tarawih di kampungku, yang hanya membutuhkan waktu setengah jam lebih sedikit untuk melaksanakan shalat dua puluh tiga rakaat plus shalat isya’ empat rakaat. Huuufth, benar-benar. Dulu sih aku seneng-seneng aja. Lebih cepat lebih baik. Nah, rupanya si imam pengertian sekali sehingga shalat tarawih macam lomba balap karung. Lompat, lompat, gedubrak, bangkit lagi, lari, gedubrak. Bruk! Jam delapan kurang selesai. Yihaa! Bisa nonton sinetron religi yang tayang sampai malam.

Nah lho, tentu saja yang kasihan adalah para simbah yang sudah sepuh. Tarawih kilat tak menjamin mereka pulang dengan selamat karena persendiannya lolos satu persatu. #sedikit lebay

Tadarus
Kebiasaan rutin jamaah mushola Al-Ikhlas ketika Ramadhan, mengkhatamkan 30 jus selama satu bulan. Nanti di akhir ramadhan ada semacam perayaan kecil yang namanya khataman. Sewaktu malam khataman ini, jamaah akan makan bersama di mushola dengan menu sego gurih dan suwiran ayam. Masing-masing orang dapat jatah sebungkus nasi yang dibuntel dengan daun pisang. Ada kebersamaan, ada gotong royong, ada perjuangan.

Rontek (ronda thethek)
Yang ini biasa dilakukan anak-anak muda di kampung. Mereka keliling kampung (ronda) dengan membunyikan thethek, alat musik dari bambu secara serentak dengan nada yang rancak. Tujuannya adalah membangunkan sahur penduduk kampung. Sayangnya, biasanya mereka sudah mulai rontek jam dua malam saat enak-enaknya orang bergelung di selimut. Sisi positifnya, hampir tidak ada tetangga yang telat bangun sahur. Para pahlawan rontek yang berjasa. :D


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)