Kalau Hafiz sedang
marah biasanya dengan polosnya akan bilang begini, ―misalnya saya lagi malas
keluar padahal dia ngajak jalan-jalan, “Aku marah lho kalau Tante nggak mau
jalan-jalan.” Dia seperti nggak ada beban saat mengucapkan AKU MARAH. Ah, saya
juga mau ikutan kalau begitu. Kali ini saya ingin mengatakan, bahkan sambil
berteriak sekencang-kencangnya, A K U M A R A H ! Whoa, kalau pas ada orang di
depan saya dan melihat saya, mungkin akan terbirit-birit kabur. Takut kena
getahnya. Huehehe! Nggak jadi ah teriaknya.
Eh, betewe boleh
nggak sih saya marah? Sebenarnya tidak ada hal yang luar biasa yang menjadi
alasan untuk melakukan hal yang membuat otot-otot jadi tegang ini. Lagipula saya
tidak ingin cepat tua dengan berteriak kencang-kencang dan bilang kalau saya
sedang marah. Selain itu saya juga nggak enak untuk memarahi pihak yang akan
saya marahi. Jadi saya mending marah-marah
di sini. Cari aman? Ah, nggak juga. Saya berharap malah dia baca dan merasa dan
bertanya dan saya tidak perlu dongkol lagi. Yup! Lebih enak tidak marah.
Nah, MASALAHnya sebenarnya hanya mbulet nggak jelas. Mungkin saya yang
dianggap menyebalkan dan bertingkah seperti anak kecil karena nggak mau
digangguin pas lagi makan. Saya nggak pelit-pelit amat kok. Tapi masalahnya
saya sedang buru-buru dan dia tidak pakai basa-basi sepatah kata pun untuk njajal makanan di piring saya. Tiba-tiba
dateng dan langsung NYAM NYAM NYAM. Aduuuh
kepala saya langsung TOENG!. Jelas saya merasa T E R G A N G G U. Mulai dari
situ nih kemudian hal-hal kecil lain menjadi ikut-ikutan menyebalkan juga. Dia malah
diam di hari-hari setelah itu. Saya coba berkelakar dia malah menantang dengan
sorot mata sehoror mungkin. Kayaknya nih orang lagi peemes. Aih, saya memilih menghindar. (istighfar, istighfar,
istighfar, istighfar, istighfar, istighfar―dan istighfar luebih banyak lagi).
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)