....
Inilah petikan percakapan pagi itu. Topik yang selalu hangat tak lekang jaman. Kisah yang akan selalu ada. Kisah abadi dari generasi ke generasi. Sepotong kisah teman baikku, juga harapan dan pandangan-pandangannya tentang hal-hal itu.
....
Dan
pagi yang sejuk itu beranjak siang. Selalu terselip do’a dalam setiap
aktivitas. Semoga dia mendapatkan yang terbaik. Semoga ini bisa menjadi jalan
ke pintu surga. (end)
Inilah petikan percakapan pagi itu. Topik yang selalu hangat tak lekang jaman. Kisah yang akan selalu ada. Kisah abadi dari generasi ke generasi. Sepotong kisah teman baikku, juga harapan dan pandangan-pandangannya tentang hal-hal itu.
....
Q
: Tapi kalau tiba-tiba dia datang
melamarmu bagaimana?
A
: (diam sejenak) Belum tentu langsung
kuterima.
Q
: Dengan perjuanganmu untuk sabar
menunggu selama ini kau masih akan menyia-nyiakannya maksudmu?
A
: Bukan begitu, Teman. Aku masih harus berdo’a dulu memantapkan hati, mohon
petunjuk jalan yang terbaik. Ujian itu bukan saja sesuatu yang membuatmu
sengsara, tapi kadang-kadang kondisi yang menyenangkan bisa melenakan.
Q
: (mengangguk-angguk sok paham)
A
: Tentunya aku sangat bahagia kalau dia memang yang dipilihkan Allah untukku.
Q
: Bagaimana jika kau menemukan
laki-laki lain di kota itu?
A : Semua bisa saja terjadi, Teman. Itu mengapa aku takut mengatakan
kalau aku mencintainya dan istilahnya itu masih terlalu pagi, karena hal apapun
bisa terjadi. Aku berdo’a selama ini. Memohon agar perasaan ini tidak membawaku
pada hal-hal buruk, dan jika dia memang jodohku aku berharap agar Allah
menjaganya sepanjang waktu hingga tiba hari yang ditentukan saat aku
dipertemukan dengannya. Mungkin saja aku menemukan laki-laki lain di kota itu,
tapi aku belum bisa menjawab apa-apa, hanya saja aku tetap berdo’a agar aku
selalu meniti jalan yang diridhai.
Q
: (berkaca-kaca) Jadi bagaimana sekarang?
A
: Kok kau yang bingung? Hehehe! Sekarang banyak berdo’a dan bersyukur, Teman.
Kau pernah merasakan tidak bagaimana indahnya jatuh cinta? Cie, jangan-jangan
kau sedang jatuh cinta? Itu harus disyukuri karena itu adalah karunia. Tapi
jangan lupa banyak berdo’a ya.
Q
: Apa kau baik-baik saja? (sedikit khawatir, trenyuh dan entahlah)
A
: (Tersenyum
lebar) Aku baik-baik saja. Insyaallah akan baik-baik saja. Mintalah pada
Allah agar selalu menjaga kita. Mungkin kita akan berpisah, tapi kita akan
sering bertemu dalam do’a.
Q
: (tak tahan untuk tidak menangis. Dalam
hati berdo’a).
…………………………………………………………………………………………………………...
Q
: Satu pertanyaan lagi ya. Aku
dengar pernah seseorang datang dan kau menolaknya. Kau tidak menyesal? Bukan
karena ‘dia’ kan?
A
: Itu dua pertanyaan tahu! Hehe! Emm, aku yakin untuk menjawabnya ‘tidak’.
Tidak ada yang perlu disesali dengan itu. Karena ‘dia’? Tentu saja karena aku
yakin aku tidak memilihnya. Hahaha! Sudahlah, lupakan itu.
Q
: Kalau begitu pergilah, aku
bahagia kau baik-baik saja. Jaga diri ya. Eh, ini gimana sih! Justru kau yang
memberikan banyak masukan padaku. (tertawa
sambil menyeka air mata)
…………………………………………………………………………………………………………...
-sesak bacanya-
BalasHapus>_<
Hehehe, aku juga.
BalasHapuskog aku enggak nyesek eaa...
BalasHapusT.T
normal nggak sih, aku inih?
Normal lah... Karena saat ini, logika-ku lebih dominan dari perasaan-ku
@.@
#maaf kalo merusak suasana syahdu kalian, hehehehehehehehehe :D
Santai aja, Sis enha. Masih dalam kategori normal kok. Hehehe ^^
BalasHapus