15 Desember 2013

Masih ‘terlalu pagi’ Untuk Kukatakan Cinta (1)

Hujan semalam sudah lenyap, hanya bekas kesejukannya saja yang tersisa pagi ini. Burung-burung kecil berbulu abu-abu, entah apa namanya, terbang rendah kemudian hinggap di halaman, mencericit. Aku dan seorang teman bercakap. Aku lihat beberapa hari ini dia tampak lebih banyak diam. Mungkin ini ada kaitannya dengan persiapannya untuk pindah. Pergi dari kota ini untuk tinggal, mungkin menetap, di kota lain yang lebih menjanjikan untuk karirnya. Meskipun lebih banyak diam, aku lihat ia sering juga tersenyum. Entahlah, semoga saja berita baik selalu menyertainya. Aku lihat selama ini dia orang yang tegar dan tidak mudah menyerah.
Kami bercakap tentang apa saja. Dia orang yang terbuka dan aku orang yang senang mendengarkan. Inilah petikan percakapan pagi itu. Topik yang selalu hangat tak lekang jaman. Kisah yang akan selalu ada. Kisah abadi dari generasi ke generasi. Sepotong kisah teman baikku, juga harapan dan pandangan-pandangannya tentang hal-hal itu.

…………………………………………………………………………………………………………

Q : Kau akan pindah dari kota ini, semakin jauh, itu berarti kau akan meninggalkannya. (dia pernah cerita tentang perasaannya pada seseorang)

A : Meninggalkannya? (senyum) Ah, enggak. Selama ini aku tidak bersama dia, bagaimana mungkin aku meninggalkannya?! Secara fisik tentu saja aku tidak meninggalkannya. Kalau di hati, ah…sebenarnya aku tidak berniat membicarakan itu pagi ini.

Q : Tapi nggak masalah kan kalau bicara tentang hal itu?

A : Tentu saja. Tidak apa-apa. Ada baiknya juga aku bicara padamu. Siapa tahu kau punya pandangan yang berbeda yang bisa jadi masukan.

Q : Nah, begitu dong! He-eh, siapa tahu aku terinspirasi sesuatu. Oya, kau pernah cerita tentang perasaanmu ke orang itu. Apa benar kau mencintainya?

A : (tersenyum malu-malu) Aku takut mengatakannya. Bagiku menyatakan kalau aku mencintainya masih ‘terlalu pagi’.

Q : Aku tidak mengerti.

A : Begini, emm…aku dan dia secara geografis sangat jauh. Namun, kadang-kadang aku ingin bertemu dengannya. Melihat wajahnya, bercakap, bercanda. Kadang-kadang juga ingin menelepon, berkirim pesan untuk mengetahui dia sedang apa. Tapi di sisi lain aku berpikir, kalau misalnya keinginanku itu terkabulkan, lalu aku mau apa? Bertemu untuk apa? Hanya untuk melihat senyumnya? Ah, padahal dia bukan siapa-siapa. Bagaimana mungkin aku sanggup memandang wajahnya jika aku belum diperbolehkan untuk itu?! Jadi aku menahan diri. Aku tidak mau menghubunginya. Aku berusaha melakukan apa saja yang positif agar wajahnya tidak mendatangiku tiba-tiba. Aku membuat tubuhku lelah dengan semua aktivitas produktif agar pada malam hari aku bisa segera tidur sehingga tidak mungkin akan mengingatnya. Aku menghindari bagaimana mengenang dia. Aku takut jika dia datang dalam mimpiku. Hal semacam itu akan membuatku gila sepanjang hari.

Q : (aku memotongnya) Tunggu, aku rasa aku bisa menyimpulkannya. Tapi aku belum mengerti dengan istilah itu. Terlalu pagi bagaimana?

A : Karena bagiku, mencintai itu kalau aku sudah halal baginya.
………………………………………………………………………………………………………...... (hening. Aku berusaha mencerna penjelasannya).

Q : Ahh, iya juga. Emm, menurutku kau mencintainya tapi kau memendamnya. Dan kau berharap sesuatu yang baik pada kalian berdua.

A : (tersenyum)

Q : Apa kau pernah berpikir, bagaimana kalau dia menikah dengan orang lain? Maaf, aku tak bermaksud membuatmu terluka.

A :  Tenang. Tentu saja pernah. Justru itulah yang membuatku harus berpikir rasional. Aku pikir dengan dia menikah, bukan denganku, Allah sudah memberikan jawaban do’aku bahwa dia bukan yang terbaik. Iya kan? Yaa…meskipun aku tidak akan menjamin aku bisa diam saja tanpa menitikkan air mata. Hehehe!

Q : Kau rela? (mendelik karena penasaran)

A : Lalu kau pikir apa yang bisa kulakukan kalau aku tidak merelakannya? Ada ide untuk bertindak konyol? Ah, jangan bercanda! Berpikir yang masuk akal saja. Kan aku sudah katakan kalau salah satu do’aku terjawab. Kalau aku sedih untuk beberapa saat, itu mungkin saja. Tapi kan live must go on, Pren!

Q : Hehehehe! Nggak mungkinlah aku menyarankanmu bunuh diri.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….......................

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)