13 Januari 2012

True story: sepenggal kisah di kam(m)i


Semanis senyum KAMMI kammi

*Untuk lomba menulis flash true story of kammi shoyyub 2012

Dalam setiap perjuangan, pengorbanan menjadi hal yang selalu melekat. Jiwa, harta, tenaga, waktu, bahkan lebih ekstrem lagi, nyawa! Namun di baliknya, tersimpan rasa manis yang tidak pernah bosan untuk kita kenyam. Senantiasa akan menjadi hal yang teringat sepanjang masa. Dan perjuangan, akan mencetak para pahlawan yang namanya harum di setiap zaman.

Satu hal, yang bisa jadi tidak akan mudah kulupakan sepanjang hidup. Hal itu karena manisnya pengorbanan, juga karena indahnya ukhuwah yang menambah renyahnya snack kiloan yang menemani syuro’ kami. Masjid Nurul Huda menjadi saksi, betapa malam yang dingin diselingi rintik hujan tidak berarti apa-apa. Bahkan gelap gulita telah diterangi oleh semangat kami yang menyala-nyala.
Dauroh Marhalah 1 tinggal beberapa hari lagi. Konsep acara harus segera jadi, pembicara harus segera dihubungi, susunan acara harus sudah difiksasi. Namun sepertinya sudah tidak ada waktu lagi. Betapa pun, kami adalah mahasiswa yang memiliki amanah untuk kuliah sebaik-baiknya selain mengerjakan tanggung jawab di organisasi intra kampus. Dua hal itu seolah-olah menenggelamkan kami. Maka ketika siang hari tidak ada waktu untuk koordinasi, pilihan terakhir adalah bermalam di masjid Nurul Huda agar pengelola dauroh bisa bertemu.

Semangat. Itulah yang menggerakkan kaki-kaki kami untuk menerobos badai. Tidak masalah baju menjadi basah, tidak masalah menahan kantuk dan letih, apalagi dingin yang menggigil, semuanya lewat. Bahkan pada akhirnya syuro’ pun kami dimulai hanya dengan peserta beberapa orang akhwat dan satu orang ikhwan pada awalnya.

Semua karena Allah, semoga hanya itu yang terbersit dalam niatan kami, sesuatu yang berat menjadi ringan. Hanya dengan ini cita-cita kami akan terwujud, yaitu mengantarkan adik-adik kami ke pintu gerbang kaderisasi kammi.

Semua itu berbuah manis. Semanis senyum kami ketika selesai melantik para generasi penerus yang siap menggantikan kami di masa mendatang. Lelah kami terbayar dengan janji para anggota baru kammi yang siap membangun kammi.

Sebenarnya segala sesuatunya tidak hanya berhenti sampai di sini. Masih banyak kerja-kerja yang belum selesai untuk mencetak kader-kader kammi yang lebih berkualitas daripada kami. Setidaknya, dulu telah kami mulai. Jika kami sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan karena usia akademis kami yang terancam selesai, harapan kami generasi luar biasa setelah kami mampu untuk melanjutkan perjuangan hingga akhir perjalanan nanti.

Akhirnya, terimakasih telah membaca narasi ini. Saya yakin, masih banyak kisah-kisah yang heroik dan bermutu yang pernah kalian ukir bersama kammi.

*untuk sahabat-sahabatku pengelola deem satoe pada saat itu,
terimakasih atas ukhuwah yang indah ini.

Solo, 17 Shafar 1433 H

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)