27 Juni 2012

Buka-bukaan Menulis Novel ala WR

Ini adalah sekelumit sharing dengan Kepala Kampung (Pak Pung) Writing Revolution Joni Lis Efendi dan para Revolovers *warga kampung* tentang menulis novel.
Banyak sekali keluhan-keluhan ketika akan menulis novel. Tak sedikit yang merasa galau. Tapi ada solusi kok! Ini dia!

1. Belum bisa mengembangkan ide menjadi beberapa konflik karena terbiasa menulis cerpen. Coba untuk menjaga stamina konfliknya dan hadirkan konflik lain sehingga ada energi untuk menggerakkan cerita menjadi lebih panjang dan seru.
2. Kesulitan menemukan konflik. Buat si tokoh cerita harus menyelesaikan masalah demi masalah dan hadapkan ia pada pilihan-pilihan sulit dan itu pasti akan memantik konflik.
3. Susah memulai ketika sudah berhenti.
4. Tidak punya waktu karena pekerjaan, kuliah dan aktivitas lain yang menyedot semua energi. ***Tulis aja ide yang melintas dimana saja. Kalau kemana-mana berat membawa note, pakai aja hape untuk menulis ide. Jangan tunggu nanti. Ide bisa ilang kapan saja dan bisa juga datang kapan saja dimana saja. Sekali dia datang, langsung masukkan karung. Bungkuuus‼!
5. Tulisan masih terasa datar. ***Yaah, ini sih masalahku juga. Ah, bodo amat dibilang datar. Yang penting nulis duluuuuu‼! Tulis aja, entar editingnya.
6. Susah menemukan gaya bahasa yang cocok. ***Kata siapa ya, emmm…aku lupa. Jadi begini, kalau penulis pemula itu memang lebih sering ketularan gaya penulis yang disukainya. Tapi seiring perjalanan waktu kalau kita terus berlatih, ketularan itu akan ilang dan kita bisa menemukan jati diri kita yang sebenarnya.
7. Susah untuk memulai tulisan dan mencari ide yang menarik. Cobalah merenung dan renungkan perjalanan hidupmu dari kecil sampai sekarang. Apakah ada sesuatu yang layak untuk ditulis? Kalau sudah dapat, kembangkan ide tersebut. Bisa juga menceritakan kehidupan pribadi nanti dimasukkan unsur fiksi sehingga lebih menarik.
8. Kesulitan konsisten dengan karakter seorang tokoh. Bikin biodata atau riwayat hidup tokoh ceritanya di kertas terpisah dan konsisten mengembangkan karakter, soal ada kaitan tokoh cerita dengan karakter tokoh di dunia nyata itu nggak masalah asal jangan ditulis nama aslinya dalam novel. Bisa-bisa kena bogem mentah. Hihi! Perniknya lumayan banyak ya? Padahal pengennya menulis itu langsung jadi dan langsung bagus. Mimpi kali ye‼‼ Prinsipnya sederhana kok. Tulisan yang buruk tapi selesai jauh lebih baik ketimbang menulis novel hanya sebatas keinginan. Karena tulisan yang jelek masih bisa diperbaiki untuk menjadi lebih bagus.
9. Ragu-ragu saat menulis, apakah ide ini pantas untuk ditulis? Nikmati prosesnya, nanti akan banyak ketemu hal-hal yang mengagumkan ketika menulisnya. Keberanian mulai menulis dan konsisten melanjutkannya.
10. Baru membayangkan jumlah halamannya sudah ngeper, padahal pengen banget menulis novel. Cobalah menulis novel sama seperti menyiapkan pernikahan. Jadi harus direncanakan dan dikerjakan berangsur-angsur dan bayangkan happy ending nantinya. ***Sebenarnya yang punya ide ini alias PP, lagi nyiapin pernikahannya. Jadi yang kepikir adalah contoh nyiapkan kawinan. Hahaha!
11. Susah membangun mood saat menulis.
12. Bingung membuat kalimat pembuka yang menarik.
13. Bagaimana cara melakukan riset yang benar untuk mendukung keabsahan tokoh dan setting? JK Rowling melakukan riset Harry Potter dengan menulis latar belakang setiap tokoh lengkap dengan deskripsinya yang detail. Atau Andrea Hirata dengan menulis merunut alur kehidupan masa kecilnya dengan riset ke kampung halamannya kemudian diskusi dengan teman-teman lamanya untuk merefresh pengalaman masa lalunya. Riset novel yang bagus adalah merasakan langsung dan merekam semua yang nanti akan ditulis, jika ingin mengalami bagaimana indahnya pantai ada baiknya kita jalan-jalan ke pantai, tapi riset juga bisa melalui baca literasi, menonton tivi, diskusi, wawancara, dll.
14. Awalnya sih berpikir mudah, karena ide dan inspirasi sudah mengendap di kepala. Tapi ternyata menulis tidak cukup memiliki ide dan tema cerita yang menarik. Butuh kejelian dalam mengolah plot, dan unsur lainnya dalam tulisan. Mulai menulis langsung adalah langkah paling ampuh untuk mengatasi semua masalah, nanti baru belajar lagi jika ada tantangan yang dihadapi. Jika hanya berkutat pada teori-teori menulis, maka kamu akan mandeg dan mentok. Belajar berenang langsung saja terjun ke kolam renang setelah tahu teorinya.
15. Tulisan terlalu banyak metaforanya, kesannya cerita jadi datar. Tulisan dengan metafora akan lebih hidup, terlalu padat dengan metafora menyebabkan tulisan menjadi berat. Tulisan yang datar adalah penulis yang tidak ada “ruh” dan hanya menggunakan kata-kata yang kaku dan itu-itu saja ditambah “isi” cerita yang tidak penting dan tidak menarik.
16. Novel selalu lebih dari satu konflik. Nah, gimana menghubungkan satu konfli dengan konflik lainnya. Belum penyelesaiannya. Tapi boleh juga kan kalau kita tinggalkan bergantung? Biar pembaca nebak sendiri. Hehehe! Konflik di cerpen masih aja tumpul, piye iki??? Setiap konflik dalam novel ada pintu masuk dan pintu keluarnya. Untuk menyatukan konflik itu buatlah seperti kompleks perumahan satu RT yang masing-masing pintu rumah mereka itu menghadap dan dihubungkan oleh satu jalan, jalan inilah namanya plot. Sebenarnya sederhana saja, simpan beberapa informasi penting dari setiap konflik kemudian sisipkan konflik lain sehingga pembaca bisa menghubungkannya.
17. Meski nulis cerpennya belum becus, saya juga lagi belajar nulis novel. 80 halaman saja sudah megap-megap, apalagi ratusan halaman. Pelari sprint (100m dan 200 m) tidak akan sama staminanya dengan pelari marathon yang sanggup lari secara konsisten sejauh 42 km secara rutin. Jika sprinter ingin jadi pelari marathon yang dilakukannya adalah sering berlatih lari sejauh 42 km secara rutin. Sama juga dengan penulis cerpen yang ingin menulis novel.


Ada beberapa hal yang aku juga kurang tahu (Sharingnya kayaknya belum cukup nih!) karena secara keseluruhan aku juga belum mengalaminya Sebenarnya mudah kalau dibuat mudah. Kalau boleh kubuat kesimpulan, bahwa untuk menjadi seorang penulis novel yang baik, yang handal, yang fenomenal dengan karya-karyanya, hal pertama yang harus dilakukan adalah mulai menulis. Tidak ada yang lain. Baru berikutnya konsisten, sabar, telaten, terus belajar. Ya, begitulah. Memang tidak ada yang instan untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)