17 Oktober 2014

Yang Khas Di Antara Dua Musim “kemarau”


Saya kangen melihat pemandangan ijo royo-royo seperti pada gambar ini.



Pohon singkong, jahe, dan kacang panjang

Gambar ini saya ambil dari kebun di samping rumah kami, beberapa bulan yang lalu sebelum memasuki musim kemarau. Saat ini pemandangan seperti itu sudah tidak ada. Yang ada justru sebaliknya.

Sewaktu saya pulang ke kampung halaman bersamaan dengan hari Raya Idul Adha kemarin, tanaman di sekitar banyak yang layu, kecoklatan. Tanaman tidak segar seperti pada saat musim penghujan karena tidak cukup mengonsumsi air.

Jangankan air untuk menyiram tanaman, air untuk kebutuhan sehari-hari saja mencarinya membutuhkan perjuangan. Istilah dalam bahasa Jawa, nggoleke rekoso banget. Mencari air hingga ke sungai atau mencari sumber air yang masih mengeluarkan air hingga jauh ke daerah pedalaman. Bagi yang memiliki fasilitas,  bisa tertolong dengan memasang pipa air atau selang. Kalau tidak ya ngangsu, atau mengangkut air bolak-balik untuk disimpan di rumah.

Kalau ada sumber air, itupun harus berbagi dengan orang lain karena biasanya satu kedung/sendang/kali dipakai oleh sekelompok orang. Antri? Iya. Jadi dari mulai malam sampai malam lagi.

Waktu kecil, saya pernah ikut dalam barisan antrian mandi jam empat pagi. Di udara terbuka di pegunungan pada musim kemarau, mandi jam empat pagi. Saya juga heran mengapa waktu itu saya manut-manut saja digiring bapak ke kali, bukannya minta diambilkan airnya saja lalu mandi di rumah. Hahahaha! Brrrr!!!

Ada lagi yang khas sewaktu musim kemarau ini. Tumbuhan rimpang daunnya mengering semua. Jadi lupa dimana posisi menanamnya dulu. Saya yang tidak pandai bercocok tanam, diuring-uring ibu karena kelamaan mencari sebongkah kunyit untuk bumbu masak. Aih, memalukan!

Berikutnya adalah main layang-layang atau layangan. Biasanya lebih banyak dimainkan oleh anak laki-laki sehingga saya sendiri tidak punya kenangan khusus yang berhubungan dengan main layangan. Mungkin nanti ya, di masa depan, saya ingin membuat kenangan khusus bermain layang-layang. Hehe! Sekedar informasi saja, jangankan bermain layangan, menaikkan layang-layang ke udara saja saya tidak yakin bisa. Okelah, suatu saat nanti saya akan coba. ^^


Optimizer, apa lagi sih yang khas ketika musim kemarau?


** Jum'at semangat!! **



2 komentar:

  1. Yang pasti jalanan setapak jadi berdebu. Aroma debu khas tanah yang tidak terlupakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, Mas. Debunya juga beterbangan kemana-mana, jadi rempong bersih-bersihnya.

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)