*tulisan ini diikutkan dalam Event HARI IBU WR 2011: FTS Kenangan Terindah Bersama Ibu
WR = Writing Revolution
Mungkinkah ini luka paling perih yang pernah kucicipi dalam sederet episode hidupku bersamamu, Emak?
Aku
dilahirkan sebagai bungsu dari tiga bersaudara. Kakakku perempuan.
Mungkin alasan itu yang membuat Emak ikut-ikutan mendadaniku seperti
kedua kakakku. Atau entah alasan ketidakberadaan Emak secara ekonomi
karena beliau adalah single parent. Ah, apa pun alasannya
kenyataannya aku tetap tidak terima. Bagaimana bisa seorang anak-anak
laki-laki dipakaikan gaun di tubuhnya layaknya seorang anak perempuan?
Tapi
nyatanya aku takluk. Kemana-mana berdandan seperti itu. Dan setelah aku
dewasa, ejekan-ejekan tentang aku yang seperti anak perempuan menjadi
senjata ampuh untuk membungkamku. Sialan! Emak, adakah hal yang lebih
lucu lagi yang bisa kau lakukan padaku agar mereka tak sekedar
mengoleksi satu lelucon yang menyakitkan tentang diriku?
Air
mataku jatuh satu-satu di atas selimut tipis yang membungkus tubuh
ringkih Emak. Emak hanya membeku di atas ranjangnya. Sudah satu bulan
ini beliau terbaring bersama selembar kain lusuh. Matanya makin redup.
Dagingnya semakin tipis. Dan perut Emak…. Masih ada pula orang yang tega
menyebut itu adalah karena Emak kualat di masa mudanya. Sungguh tidak
berperasaan.
Hatiku menjerit perih. Antara menyayangkan suara
orang-orang itu dan merasa bersalah karena tidak ada yang bisa kulakukan
untuk mengembalikan mata bening emak yang makin suram.
Aku
satu-satunya anak laki-laki yang dimiliki Emak. Anak laki-laki yang
tidak pernah mengenal siapa ayahnya dan mungkin tidak akan pernah tahu.
Anak laki-laki yang tidak bisa melakukan apa pun melihat Emaknya
terbaring tidak berdaya. Anak laki-laki Emak yang hanya bisa duduk di
sisi pembaringan sembari menggengam tangannya. Anak laki-laki Emak yang
hanya bisa membetulkan letak selimutnya, membersihkan alas tidurnya agar
tidak berbau pesing, menyuapkan sesendok bubur, menunggui Emak sampai
tertidur.
Kini maut telah datang. Membawa Emak dengan segala
penderitaannya. Memisahkan aku dan Emak dengan kenang-kenangan. Namun
apa pun yang Emak tinggalkan, semua terlalu berharga untuk kulupakan.
Semoga Tuhan menerima Emak.
22 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)