Bersahut-sahutan suara adzan membuat ingin segera mengakhiri setiap aktivitas, menuju tempat wudhu lalu khusyuk dalam rakaat-rakaat sebelum diakhiri salam.
Di sini, itu hal biasa. Ada tiga masjid di dekat-dekat tempat saya yang selalu bersahut-sahutan jika waktu shalat tiba. Satu belum selesai, sudah disahut lagi dengan suara adzan yang satunya. Semarak.
Tapi,
Ibu: " Kemarin lingkungan kita dibuat geger sama si Fulan."
Saya: "Memang si Fulan berulah apa, Bu?"
Ibu: "Dia membuat geger karena jam empat pagi-pagi sudah adzan subuh."
Saya: "Lho, memang sekarang waktu subuhnya lebih maju kan?"
Ibu: "Tapi kan masih enak-enaknya orang tidur. Bapak-bapak guru pendatang yang tinggal di perumahan sekolah itu saja kalau adzan subuh nggak jam empat benar."
Saya: "Iya mereka pendatang, mana berani mereka membuat gaduh di kampung orang."
....
Jadi, jangan heran kalau di kampung saya adzan hanya terdengar pada saat maghrib saja. Kadang-kadang waktu isya' ada, kalau muadzinnya juga sedang tidak meriang. Lebihnya, kira-kira sendirilah selagi melihat jam dan posisi matahari. Jika sudah masuk waktu shalat, ya shalat segera. Kalau tidak, ya subuhnya menjelang dhuha, dhuhurnya menjelang asar, asarnya menjelang maghrib, dan seterusnya. Apalagi musim-musim tertentu airnya sedingin es.
Tapi seru Optimizer. Saya malah pengen tinggal di negeri-negeri yang seperti di desa saya itu. Hihihi. Kapan ya kira-kira?