Pengalaman pertama saat aku diminta ngajar privat anak kelas
5 SD.
Sore itu aku datangi rumahnya yang tidak jauh dari tempat
kosku. Deg-degan, ya biasalah kalau ada perasaan nervous mau ketemu orangtuanya si anak itu. Jangan-jangan disiplin,
jangan-jangan ortunya galak, dan seterusnya.
Mulai setengah jam sebelumnya aku bersama BB "Blue 'n Black" Revoku yang manis
sudah menyusuri jalan menuju rumah anak itu dengan santai (sambil
sesekali-seringsekali-menarik nafas dalam. HHmmmmmfffhhhhh.... Dan tepat pada
jam yang ditentukan aku sudah berhasil menemukan rumah mewah yang memiliki
gerbang berwarna coklat.
Lebih awal tiga menit.
Yupz! Ini dia waktuku beraksi.
Oke, kenalan nggak ada masalah. Aku tahu namanya, dia tahu
namaku. Owh, ternyata mamanya baik. Welcome.
Aku disambut dengan segelas teh hangat.
Besok jam kewarganegaraan, bab I sama bab II yang akan
diujikan dalam ujian semester. Aku tinggal memilih mau mengajar kewarganegaraan
atau PAI. Aku pilih yang pertama sesuai janjiku dengan partner lesku.
Tidak ada yang spesial sebenarnya dari pertemuanku dengan
keluarga itu untuk pertama kalinya.
Aku cuma jadi tahu, maksudku mengalami sendiri, kalau sering
aku baca di novel-novel ada anak orang kaya yang kesepian, ditinggal orang
tuanya mencari nafkah atau bekerja seharian. Nasib mereka yang tragis karena
kurang belaian. Meskipun aku melihatnya adikku yang satu ini tidak sebegitu
parahnya, tapi dari wajahnya aku bisa menangkap sepi. Tidak ada ayah, ibu dan
kakak di dekatnya.
Ah, mungkin benar ya. Kadang ada orang tua yang ingin
mengganti kasih sayang yang hilang itu dengan setumpuk materi yang diberikan
pada anaknya, diberikan fasilitas yang –ya, hampir mirip toserba rumahnya—apa-apa
ada. Harapanku sih adikku yang satu ini memang tidak separah itu.
Tapi apa pun itu aku jadi terinspirasi akan suatu impian di
masa depan.
Tentunya sempat aku membandingkan dengan diriku sendiri yang
masa kecilku berbeda dengan kondisi itu seratus delapan puluh derajat. Tapi
bukan untuk meniadakan apa-apa yang sudah kumiliki sekarang. Justru rasanya
semakin ayem, ketika tahu ternyata
materi bukan sumber kebahagiaan.
Alhamdulillah. Ternyata belajar itu bisa dari mana saja. Thx’s ARD!
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Mohon tinggalkan pesan jika berkenan. :)