Pernah ya saking jengkelnya, saya biarkan
adik ponakan saya makan hanya dengan nasi plus air garam. Mungkin kalau sudah
besar nanti dia tahu hal ini, dia bisa saja memberi saya predikat “tante paling
usil sedunia”. Hehehe!
Habis saya gemes karena pada saat itu dia
tidak suka segala macam sayuran. Ada-ada saja alasannya. Sayuran hijau dia
sebut “suket” atau dalam bahasa Indonesia berarti rumput, yang dengan kata lain
yang dia maksud adalah pakan ternak.
si kecil Fary
Tapi ternyata tidak selamanya dia tidak suka
sayuran. Kabar baik ini sampai ke telinga saya karena dikabarkan langsung oleh
pelakunya via telepon. Baru-baru ini saja.
Saya tanya kenapa sekarang suka sayuran
padahal dulu tidak suka. Jawabnya, “kan dulu aku masih kecil, Te! Dan nggak
tahu rasanya kalau sayur itu ternyata enak!” Beeeuuh‼ Murid PAUD ini sudah bertingkah
sok jadi anak gede sekarang. Tapi waktu saya konfirmasi ke kakak saya (mamanya
dia), ada yang bikin saya ketawa geli karena alasan dia suka sayur pertama kali
karena habis menelan permen karet. Sepemahaman dia, permen karet itu bisa
membuat ususnya lengket sehingga biar tidak lengket harus sering-sering makan
sayur.
Fary, keponakan saya itu, dengan makanan
kesukaannya yang baru, membuat saya berpikir bahwa tidak selamanya orang berada
pada satu kondisi yang itu-itu saja. Pasti ada perubahan. Meskipun dulu saya
tidak terbayang bagaimana anak ini akan berubah menyukai sayur.
Perubahan itu dimulai dari sebuah titik yang
namanya titik tolak. Kalau saya berusaha mendeskripsikan secara singkat, titik
tolak itu seperti perjalanan yang semula lurus atau kondisi yang semula
begini-begini saja, kemudian menemukan momen atau peristiwa yang menjadi batu
loncatan untuk bertolak ke kondisi yang lain, yang berbeda dengan kondisi atau jalan
lurus yang ditempuh sebelumnya.
Jadi bisa
saja titik tolak ini adalah batu loncatan untuk berubah menjadi lebih baik atau
sebaliknya. Akan tetapi harap Optimizer catat, kita membahasnya di sini adalah
titik tolak untuk berubah menjadi lebih baik saja.
Kembali kepada adik saya. Dia bertolak
menjadi ‘suka sayur’ karena alasan yang sederhana menurut logika orang dewasa. Saya
sendiri tidak tahu pasti. Jika nalarnya sudah jalan dan semakin memahami,
apakah dia masih akan menyukai sayur atau tidak.
Nah, ini juga yang harus dipikirkan ketika
bertolak pada kondisi yang berbeda dari sekarang. Bahwa kita berubah, harusnya
bertolak dari pondasi yang kuat. Bukan asal-asalan saja, misalnya hanya karena
ikut-ikutan. Bagaimana mungkin pondasi rapuh yang kita bangun padahal kita
ingin berubah permanen menjadi orang yang baik hingga penutup usia. Akan tetapi
kalau kita berubah awalnya karena terpaksa? Emm…, bagaimana ya? J
Meskipun sangat mungkin, orang berubah itu bertolak
dari hal-hal yang tidak melulu besar. Orang bisa berubah hanya dengan hal-hal
kecil, dari kebaikan-kebaikan ringan yang disebarkan orang lain, atau bisa juga
karena membaca tulisan orang lain.
Siapa yang tidak ingin berubah menjadi lebih
baik, Optimizer?!
Apakah Optimizer punya momen yang membuatmu
berubah menjadi lebih baik? Coba ingat-ingat.
Sama Mbak, aku dulu pas kecil jugak ngga sukak sayur. Tapi sekarang uda lumayan lah demen tumis kangkung. Wkwkwk.. :D
BalasHapusWeew...sayur kan banyak macemnya, Beb! Nggak cuma tumis kangkung. :)
HapusKeren ya keponakannya krn sudah mau makan sayur :)
BalasHapus:)
HapusKarena sudah terbiasa dengan rasanya mungkin Mbak El.
Assalaamu'alaikum wr.wb, Sophie...
BalasHapusMemang perubahan itu penting untuk kebaikan. Lucu sekali keponakannya ya, sudah tahu memberi alasan yang munasabah. itulah hasi kecerdikan dari makan sayur, agaknya...hehehe
Salam manis dari Sarikei, Sarawak.
SITI FATIMAH AHMAD
Wa'alaikumsalam Kak Fatim,
Hapusiya saya sepakat karena setiap hari lingkungan kita juga berubah.
Iya lucu. Hehehe...Kak Fatim bisa aja!
kalo aku,berubahnya bukan melalui titik tolak Ma. Tapi titik hadap-hadap. Hadap kanan, hadap kiri, hadap kanan lagi, hadap serong kanan, hadap seroang kanan, maju jalan. :v
BalasHapusJadi, berubahnya nggak spontan belok dari titik awal, tapi perubahannya sedikit2.
Dikau ada-ada saja istilahnya En. :D
HapusTapi apapun itu yang penting bukan 'mundur' ya. Maju teruuus!!!! ;)